Lebih lanjut, Ibrahim menyebut kekhawatiran pasar terhadap kesehatan ekonomi Cina masih terus berlanjut. Meskipun pihak berwenang Tiongkok mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung pasar saham lokal pada minggu ini, mereka tidak berbuat banyak untuk mengatasi lambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut.
“Data inflasi Cina untuk bulan Januari akan dirilis pada hari Kamis (besok). Data tersebut juga muncul sebelum libur Tahun Baru Imlek selama seminggu,” tuturnya.
Sementara dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 ditutup di angka 5,05 persen. “Angka ini meleset dari target pemerintah yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2023 di kisaran 5,31 persen,” kata dia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pendorong pertumbuhan ekonomi ini masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 2,55 persen dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05 persen.
Meski demikian, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 4,94 persen pada 2022 menjadi 4,82 persen di 2023. Momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 seharusnya bisa menjadi salah satu pendorong konsumsi rumah tangga.
Sementara untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif, tapi ditutup menguat di kisaran Rp 15.600 hingga Rp 15.670 per dolar AS.
Pilihan Editor: EKSKLUSIF: Jokowi Perintahkan Sri Mulyani Blokir APBN Rp 50 T, Bansos dan IKN Jalan Terus