Kebijakan Jokowi lainnya yang menjadi sorotan adalah program Merdeka Belajar. Faisal Basri mengatakan program itu sesat karena tak menunjukkan hasil yang sesuai dengan target. Ia merujuk pada skor matematika, sains, dan membaca yang turun. Sayangnya, kata dia, tidak ada Capres yang berani mengungkapkan ini.
Kemudian ia menyoroti program hilirisasi nikel. Faisal Basri menyayangkan tidak ada Capres yang dengan luas menyatakan bahwa kebijakan hilirisasi adalah kegagalan. Dia menjelaskan kebijakan ini lebih banyak menguntungkan China ketimbang Indonesia.
Ia menjelaskan keuntungan yang dirasakan Indonesia atas regulasi tersebut tak kurang dari 10 persen. Sementara 90 persennya lari ke China. Kalau hilirisasi yang diterapkan sekadar mengolah bijih nikel menjadi NPI atau feronikel, kebijakan hilirisasi nikel di Indonesia hanya akan mendukung industrialisasi di Cina.
Pasalnya, kata dia, 95 persen bijih nikel di Indonesia digunakan untuk perusahaan-perusahaan di Cina. Pada awalnya bijih nikel dibanderol dengan harga US$ 34 oleh pemerintah Indonesia. Padahal, menurut Faisal Basri, di Shanghai bijih nikel dijual dengan harga US$ 80.
"Kebijakan larang melarang ekspor nikel itu kebijakan paling biadab, secara teori segala ini menciptakan kerugian bagi negara itu paling besar," ujarnya.
Pilihan Editor: Faisal Basri Sebut Sri Mulyani Tak Ingin Anggaran Bansos Dinaikkan, Kenapa?