TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS terpantau terus melemah.
Melansir Antara, nilai tukar atau kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 0,26 persen atau 41 poin menjadi Rp 15.571 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.530 per dolar AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini diakibatkan semakin menguatnya perekonomian Amerika Serikat.
Meski demikian, Airlangga menekankan bahwa pergerakan rupiah tidak bisa jika dilihat hanya secara harian.
“Ya kan perekonomian Amerika menguat. Kita kalau bicara rupiah, tidak bicara harian,” kata Airlangga saat ditemui usai acara Rakornas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD) 2023 di Jakarta, Selasa, 3 September 2023.
Dalam kesempatan terpisah, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan, inflasi dalam negeri yang stabil belum mampu meredam kekuatan dolar AS terhadap rupiah hari ini.
Ariston pun memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah masih akan melemah dalam waktu panjang. Pasalnya, ekspektasi pasar akan kebijakan suku bunga tinggi Amerika Serikat yang memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar mata uang lainnya, termasuk rupiah, diprediksi bakal bertahan lebih lama.
Adapun ekspektasi pasar yang dimaksud tersebut didukung oleh perbaikan data ekonomi AS dan pernyataan dari petinggi bank sentral AS, yakni Wakil Ketua Federal Reserve (Fed) untuk Pengawasan Michael Barr dan Ketua Fed Jerome Powell pada Senin, 2 Oktober 2023.
Lebih lanjut, Ariston memperkirakan kurs rupiah hari ini berpotensi melemah ke kisaran Rp 15.600 per dolar AS.
"Dengan potensi support di kisaran Rp 15.500 per dolar AS," ujar Ariston.
AMY HEPPY | ANTARA
Pilihan Editor: Sri Mulyani Sebut Tito Karnavian Satu-satunya Mendagri yang Urus Inflasi: Tahu Harga Cabai hingga Beras