TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan melemah dalam waktu panjang. Pasalnya, ekspektasi pasar akan kebijakan suku bunga tinggi Amerika Serikat (AS) yang memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar mata uang lainnya, termasuk rupiah, diprediksi bakal bertahan lebih lama.
Hal tersebut disampaikan di antaranya oleh pengamat pasar uang Ariston Tjendra. Ia menilai inflasi dalam negeri yang stabil belum mampu meredam kekuatan dolar AS terhadap rupiah hari ini.
Ariston memperkirakan kurs rupiah pada hari ini berpotensi melemah terhadap dolar AS ke kisaran Rp 15.600 per dolar AS. "Dengan potensi support di kisaran Rp 15.500 per dolar AS," tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2023.
Ia menjelaskan, ekspektasi pasar yang dimaksudnya tersebut didukung oleh perbaikan data ekonomi AS dan pernyataan dari petinggi Bank Sentral AS, yakni Wakil Ketua Federal Reserve (Fed) untuk Pengawasan Michael Barr dan Ketua Fed Jerome Powell pada Senin kemarin, 2 Oktober 2023.
Adapun semalam data indeks Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS dari The Institute for Supply Management (ISM) pada September 2023 menunjukkan pemulihan ke angka indeks 49 dari sebelumnya 47,7.
Ariston menyebutkan pemulihan ekonomi mendukung kebijakan suku bunga tinggi untuk meredam inflasi. "Sementara Michael mengatakan bahwa kebijakan suku bunga tinggi perlu dipertahankan untuk sementara waktu. Jerome mengatakan bahwa fokus Fed masih ke ekonomi AS yang sehat, yang bisa diartikan stabilitas harga dan kondisi ketenagakerjaan yang kuat," ucapnya.
Lebih jauh, menurut dia, pengaruh dari ekspektasi suku bunga tinggi bakal berlanjut hingga akhir tahun dengan mempertimbangkan rencana The Fed merilis kebijakan penting pada Desember 2023. Ekspektasi suku bunga tinggi turut didukung data ekonomi AS, terutama data inflasi yang belum menurun ke arah target 2 persen.
"Sentimen pasar terhadap suku bunga tinggi masih tinggi hingga akhir tahun. Ini bisa di-counter bila data ekonomi AS menunjukkan inflasi dan kondisi ketenagakerjaan menurun," kata Ariston.
Selanjutnya: Tak hanya itu, penguatan dolar turut dipengaruhi...