TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo telah bertolak menuju Afrika Selatan pada 20 Agustus 2023 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan atau KTT BRICS ke-15.
"Indonesia diundang dalam KTT BRICS. Dan tentunya di sela-sela KTT BRICS akan dilakukan berbagai pertemuan bilateral dengan berbagai kepala-kepala negara yang lainnya," ujar Jokowi dalam keterangannya seperti disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Ahad.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan BRICS?
Apa itu BRICS?
BRICS merupakan singkatan dari Brasil, Russia, India, China, dan South Africa. KTT BRICS adalah pertemuan tingkat puncak yang melibatkan pemimpin dari kelima negara anggota, yang memiliki pengaruh besar dalam ekonomi dunia.
Dilansir dari Reuters, nama ini pertama kali dicetuskan oleh ekonom terkemuka, Jim O'Neill dari Goldman Sachs, pada 2001. Pada awalnya, BRIC hanya merujuk kepada empat negara besar: Brasil, Rusia, India, dan China. Afrika Selatan menjadi yang pertama merasakan ekspansi kelompok ini pada 2010 dan kelompok ini menjadi BRICS.
BRICS awalnya didirikan sebagai kelompok informal pada 2009 oleh inisiatif dari Rusia dengan tujuan memberikan platform bagi anggotanya untuk menantang tatanan dunia yang didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Kelompok ini bukanlah organisasi multilateral formal seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Namun, BRICS memiliki pengaruh besar dalam menghadirkan suara alternatif dalam dunia geopolitik dan ekonomi global.
BRICS adalah sebuah aliansi yang bertujuan untuk mewujudkan kepentingan bersama dan memberikan pengaruh lebih besar dalam kebijakan dunia.
Selain aspek geopolitik, fokus BRICS meliputi kerja sama ekonomi, perdagangan multilateral, dan pembangunan. Kelompok ini beroperasi berdasarkan konsensus dan semua anggota BRICS juga termasuk dalam Group of 20 (G20), kelompok ekonomi besar di dunia.
Keanggotaan BRICS
Lebih dari 40 negara telah mengekspresikan minat untuk menjadi bagian dari kelompok ini, termasuk Indonesia. Indonesia bukanlah satu-satunya yang ingin tergabung dalam BRICS; negara seperti Argentina, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan lainnya juga memiliki keinginan yang sama.
Para pemimpin BRICS memiliki pandangan berbeda tentang rencana penambahan anggota baru ke dalam kelompok tersebut, termasuk soal kriteria penerimaan.
China, yang sedang berupaya memperluas pengaruhnya di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat atas perdagangan dan geopolitik, mendukung ekspansi BRICS, sementara Brasil masih ragu-ragu.
Rusia, yang berharap dapat mengatasi pengucilan diplomatik atas perang Ukraina, sangat ingin membawa anggota baru ke dalam BRICS, sama seperti Afrika Selatan. Sementara India tidak memberikan keputusan apa pun
Keseriusan Indonesia untuk terlibat dalam kelompok ini sudah terlihat sejak pertengahan 2023. Saat itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi hadir secara virtual dalam acara “Friends of BRICS” bersama 14 negara undangan lain yang diadakan di Cape Town, Afrika Selatan, pada Jumat, 2 Juni 2023.
Tak hanya itu, menurut Retno, Presiden Jokowi dalam KTT G7 Outreach di Hiroshima, Jepang, Mei lalu juga mengangkat isu ekonomi global dan BRICS.
“Saya harap BRICS bisa ikut mendukung langkah ini dan tidak menjadi bagian dari ketidakadilan ekonomi,” ujar Menlu Retno Marsudi.
M RAFI AZHARI | M JULNIS FIRMANSYAH
Pilihan Editor: Daftar Kepala Negara yang Hadir di KTT BRICS, Ada Jokowi dan Xi Jinping