TEMPO.CO, Jakarta - Riset yang dilakukan Continuum Indef menganalisis perbincangan warganet di Twitter mengenai polusi udara. Bagaimana hasilnya?
Data Analyst Continuum Indef Maisie Sagita mengatakan data yang dikumpulkan adalah dari 31 Juli sampai 20 Agustus 2023. Pada periode tersebut, ada 44.268 perbincangan dari 34.590 akun mengenai polusi udara di Jakarta.
"Yang kami temukan adalah 97 persen masyarakat di internet mengeluhkan kondisi polusi udara di Jakarta yang tidak kunjung membaik," kata Mai, sapaannya, dalam diskusi publik yang dipantau secara virtual pada Selasa, 22 Agustus 2022.
Lebih lanjut, dia mengatakan warganet merasa kontributor utama polusi udara adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batu bara. Hal ini terlihat dari 42,3 persen perbincangan yang dianalisis.
"Publik juga meng-highlight salah satu wacana pemerintah untuk mendukung mobil listrik," ujar Mai.
Dia menuturkan, warganet menilai wacana tersebut justru dapat memperparah polusi udara. Sebab, kendaraan listrik memerlukan sumber energi listrik dimana sumber tersebut dihasilkan oleh PLTU.
Lebih jauh, Mai mengungkapkan sejumlah sektor yang dinilai publik menjadi penyebab polusi udara dengan 9,5 ribu perbincangan. "Sektor energi disebut sebagai sektor yang menyumbangkan polusi tertinggi di Jakarta," ujar dia.
Mai menjelaskan yang dimaksud dengan sektor energi adalah keberadaan PLTU-PLTU di sekitar Jakarta. Pembangkit listrik tersebut menghasilkan polutan dan terbawa angin ke Jakarta, sehingga menyebabkan polusi udara.
Sektor-sektor lain yang dinilai publik sebagai penyebab polusi udara adalah sektor transportasi dengan 3,6 ribu perbincangan, industri dengan 2 ribu perbincangan, kebakaran dengan 0,4 ribu perbincangan, dan kemarau dengan 0,1 ribu perbincangan.
Pilihan Editor: Sandiaga Uno: Polusi Berpotensi Ganggu Ekonomi, Diproyeksikan Rugi Rp20-30 triliun