TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat tertahan hari ini apabila fokus pasar ke pengumuman suku bunga AS pekan depan.
“Probabilitas lebih dari 96 persen bahwa suku bunga acuan AS akan dinaikkan 25 basis poin menurut survei CME FedWatch Tool,” ujar dia kepada Antara, Jakarta, Senin, 17 Juli 2023.
Selain itu, data ekonomi AS pada Jumat malam, 14 Juli menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen AS yang disurvei Universitas Michigan masih tinggi terhadap perekonomian dan hal tersebut bisa mendorong kenaikan inflasi.
Di samping itu, data ekonomi China pagi ini mengenai data produksi industri dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2023 bisa menjadi penggerak pasar.
“Rupiah bisa terbantu menguat bila data-data ekonomi China tersebut lebih bagus dari ekspektasi, di tengah perkiraan pelambatan ekonomi China,” ucap Ariston.
Meninjau dari dalam negeri, pasar disebut akan memperhatikan data trade balance bulan Juni 2023. Apabila memperlihatkan surplus yang lebih tinggi dari perkiraan, ucap dia, maka tentunya dapat menjaga nilai tukar rupiah.
“Potensi pelemahan (rupiah) ke arah resisten Rp 15 ribu per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 14.930 per dolar AS,” katanya.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi melemah 0,27 persen atau 40 poin menjadi Rp 14.998 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.958 per dolar AS.
Pilihan Editor: Profil Rosan Roeslani, Eks Bos Kadin yang Kini Duet dengan Erick Thohir Jadi Wamen BUMN