TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah intervensi untuk mengatasi kenaikan harga telur. Arief menjelaskan, intervensi pemerintah untuk menjaga harga telur tersebut dengan membuat closed loop, seperti Bantuan Pangan untuk KRS atau Keluarga Risiko Stunting yang sedang berjalan tiga bulan ini
“Menjaga harga di peternak sekaligus memberikan bantuan kepada saudara kita masyarakat kecil” kata Arief saat dihubungi Tempo, Minggu, 4 Juni 2023.
Menurutnya, kenaikan harga telur ini salah satunya dipengaruhi oleh tingginya harga pakan. “Harga tinggi beberapa waktu terakhir karena jagung naik sampai di atas Rp 6.000,” ungkapnya.
Selain pakan, harga telur juga dipengaruhi oleh dekat atau jauhnya jarak dari sentra produksi. Makin jauh jauh jaraknya, maka akan semakin mahal pula harga telur yang dijual di pasaran.
Oleh karena itu, Arief mengungkapkan jika Bapanas akan membantu memfasilitasi distribusi dari daerah surplus ke daerah defisit. “Supply dan demand juga salah satu penyebabnya,” ujar Arie.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan atau Kemendag Isy Karim mengatakan, kenaikan harga telur ini sudah terjadi sejak Lebaran 2023.
"Dapat kami sampaikan bahwa harga telur mengalami kenaikan sejak lebaran dan belum menunjukkan tanda penurunan," kata Isy lewat keterangan tertulis, Kamis malam, 1 Juni 2023.
Ia menerangkan, rata-rata nasional harga telur ayam per 31 Mei 2023 adalah Rp 32.100 per kilogram. Angka ini melonjak 6,64 persen dibandingkan harga bulan lalu.
"Kenaikan harga telur ayam ras salah satunya sebagai akibat naiknya harga jagung pakan yang saat ini masih relatif tinggi mencapai Rp 5.000 - Rp 6.000 per kilogram," ungkapnya.
Pilihan Editor: Investigasi Global ERC: Pengerukan dan Ekspor Pasir Laut Terbukti Merusak Lingkungan dan Melanggar HAM
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini