TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan merosot di tengah pasar mencermati potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih agresif.
Rupiah pada Jumat ditutup melemah 17 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp15.450 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.433 per dolar AS.
"Pernyataan ketua Federal Reserve yang menyatakan AS mungkin perlu bertindak lebih agresif untuk menekan nilai inflasi beberapa waktu yang lalu menjadi faktor yang masih mempengaruhi sentimen pasar kali ini," kata analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat 10 Maret 2023.
Revandra menuturkan ekspektasi pasar tersebut berbeda dari perkiraan di awal tahun kemarin di mana Bank Sentral AS atau The Fed dipercaya mulai akan melakukan pelonggaran.
Namun, nilai inflasi AS yang masih jauh dari target dua persen menjadi warning bagi The Fed untuk tetap agresif terkait kebijakan suku bunga acuannya.
Baca Juga:
Pernyataan tersebut membebani mata uang negara berkembang karena potensi terjadinya capital outflow dari negara berkembang menuju AS yang menawarkan return yang kompetitif dengan risiko yang dinilai lebih rendah.
"Hal ini berpotensi memberikan tekanan bagi mata uang negara berkembang termasuk rupiah," ujarnya.
Data yang dirilis pada Kamis lalu, menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat paling banyak dalam lima bulan pada minggu lalu, meskipun tren yang mendasari tetap konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat.
Selanjutnya: sinyal Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin