TEMPO.CO, Jakarta - Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia secara tegas menolak rencana pemerintah pusat menurunkan status Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menjadi bandara domestik.
"Kami menilai pemangkasan bandara internasional itu disebabkan bandara yang sepi kunjungan sehingga membebani negara. Sementara BIM ini sejak dibuka penerbangan internasional hingga saat ini berjalan dengan baik dan tidak mengalami kerugian," kata Ketua Asita Sumatera Barat Darmawi di Padang, Sabtu 18 Februari 2023.
Menurut dia, data ini didapatkannya setelah melakukan koordinasi dengan PT Angkasa Pura II BIM. Pihaknya meminta Pemprov Sumbar memberikan kajian terkait potensi kunjungan internasional ini sehingga BIM tidak masuk dalam rencana bandara yang akan dipangkas.
Ia secara pribadi menyetujui adanya pemangkasan terhadap bandara internasional yang jadwal penerbangan rendah dan memang merugikan negara.
Ihwal Bandara Internasional Minangkabau, dia menglaim memiliki data yang konkrit terkait arus kunjungan internasional dan paling banyak berasal dari Malaysia. Selain itu ekspor langsung juga dilakukan secara rutin setiap bulan dari bandara tersebut.
"BIM dengan penerbangan internasional yang dilakukan di sana mengalami untung dan Sumbar itu denyut perekonomian adalah pariwisata," kata dia.
Pada tahun ini ada kegiatan bertaraf internasional yang digelar di Sumbar yakni World Enterpreneur Summit 2023 yang dicanangkan Menteri Pariwisata Sandiaga Uno dan ini tentu membutuhkan bandara internasional sebagai gerbang masuk tamu negara tersebut.
Selanjutnya: Asita Sumbar akan menyurati pemerintah pusat