TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memberkan hasil studi soal outlook retail, khususnya business to business fast moving consumer goods tahun 2023. Studi B2B FMGC Marketplace Indonesia Outlook 2023 itu dilakukan bersama platform jual beli GudangAda dengan studi literatur dari berbagai sumber baik primer maupun sekunder dan studi terdahulu yang relevan. Salah satu hasilnya adalah menjelaskan apa saja tantangan yang dihadapi oleh UKM atau pelaku warung.
Menurut Bhima, tantangan yang dihadapi warung tradisional yang paling besar adalah kompetisi yang cukup ketat dengan para pemain minimarket atau toko modern. “Porsinya 36 persen, ada kompetisi yang cukup ketat,” ujar dia di Seribu Rasa Gunawarman, Jakarta Selatan, pada Kamis, 19 Januari 2023.
Baca: Pengusaha Minta Pemerintah Permudah Izin Impor dan Lanjutkan Relaksasi Kredit untuk Retail
Tantangan lainnya, adalah masalah gagal bayar dengan persentase 31 persen. Bhima menuturkan bahwa itu merupakan salah satu hal yang menjadi kelemahan. Karena, selain UKM yang paling cepat tumbuh, tapi sebagian besar masih mengunakan transaksi tunai atau uang kontak keras.
“Dan sebagain konsumen problemnya tidak langsung membayar secara kontan pula, ini ada resiko terkait dengan konsumen yang dijanjikan bayar misalnya tapi ada kendala,” kata Bhima.
Masalah lainnya adalah tantangan lokasi yang tidak menguntungkan, 27 persen. Bhima menjelaskan bahwa hal itu merupakan kategori tantangan klasik yang dihadapi oleh warung-warung. Ada yang berdekatan dengan pemukiman sehingga dianggap ramai, tapi ada pula yang lokasinya kurang strategis, di mana omsetnya belum terlalu bersaing.
Kemudian 23 persen adalah ruang kios yang terbatas. Bhima menilai, ruang kios yang terbatas ini sebenarnya masuk ke dalam tantangan sekaligus juga peluang. Karena, dia berujar, memang ruang kiosnya terbatas, tapi semakin mendapatkan konsumen loyal, konsumen semakin banyak itu, tentu akan nyambung dengan kebutuhan lainnya.
“Seperti masalah soal 20 persen akses terbatas pada pembayaran dan akses pada pembiayaan. Jadi masalah financing di UKM atau warung ini juga masalah krusial yang bisa dijembatani platfom B2B. Karena mereka butuh ekspansi, pembiayaan, modal usaha, ini dibutuhkan agar kiosnya juga semakin besar, bisa menampung banyak barang,” ucap Bhima.
Selanjutnya: Hanya satu persen UKM yang khawatir ...