TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas menyatakan pihaknya siap menyerap hasil panen petani hingga 2,3 juta ton sesuai dengan target yang diusulkan Badan Pangan Nasional (Bapanas). Beras tersebut akan dimasukan ke dalam kategori cadangan beras pemerintah atau CBP.
Dia juga menyatakan anggaran yang disediakan pun telah mencukupi. "Anggaran cukup, kita berapapun cukup, karena kita kan didukung oleh dana pinjaman dari bank (Himbara). Bank itu disiapkan berapapun, dia siap," ucap Buwas saat ditemui di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan pada Senin, 16 Januari 2023.
Baca: Impor Beras Terlambat Datang, Ini Penjelasan Bos Bulog
Adapun soal besaran bunga pinjaman dari Himbara, menurut Buwas, masih didiskusikan dengan Kementerian BUMN. Tetapi ia memastikan subsidi bunga dari negara akan tetap ada sehingga Bulog tak akan kesulitan dalam memenuhi harga beras hasil panen petani dalam negeri.
Namun, Bulog masih menunggu surat keputusan dari Bapanas. Hingga kini, Bapanas pun belum memutuskan berapa harga pokok penjualan atau HPP untuk pembelian beras ini. Terlebih, beras yang diserap harus sesuai dengan pedoman Bulog, antara lain kadar air beras sebesar 14 persen.
Di sisi lain, ada potensi Indonesia mengalami defisit beras yang tak bisa dipastikan oleh Bulog. Buwas mengatakan Bulog hanya akan menunggu penugasan berdasarkan Neraca Komoditas yang ditetapkan pemerintah melalui Bapanas. "Jadi udah kami ikuti aja kayak apa. Kami siap saja," tuturnya.
Kendati demikian Buwas menyatakan siap apabila pemerintah telah resmi menargetkan penyerapan beras sebesar 2,4 juta ton. Terlebih kapasitas gudang Bulog mencapai Semua sentra produksi nanti 3,6 juta ton. "Jadi kalau hanya 2,4 juta ton, itu belum apa-apa," kata dia.
Bulog berencana menyerap beras dari sentra produksi di Makassar, Sulawesi Selatan, NTB, Lampung, dan beberapa wilayah produksi di Pulau Jawa.
Sebelumnya, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan penyerapan CBP oleh Perum Bulog tahun ini naik menjadi 2,4 juta ton. Hal tersebut untuk menghindari potensi impor beras di akhir tahun.
Bapanas menyebutkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2022, panen dalam negeri akan mencapai 1,9 juta ton. Kemudian, pada Desember 2022 sebanyak 1,4 juta ton, Januari diperkirakan panen 1,3 juta ton, dan panen di Februari meningkat sebanyak 4,3 juta ton.
Sementara kebutuhan beras nasional adalah 2,5 juta ton per bulan, sehingga ada potensi Indonesia kekurangan stok pada akhir tahun.
"Jadi kita harus atur dan jaga betul stok dan pengaturan realisasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP)-nya, karena seperti kita ketahui, kebutuhan beras nasional adalah 2,5 juta ton per bulan,” kata Arief.
Baca juga: Mendag Minta Impor Beras Ditutup Akhir Januari, Bos Bulog: Yang Tanggung Jawab Bukan Saya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.