TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menanggapi soal usulan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan untuk memberikan subsidi pada importir kedelai. Ia menegaskan subsidi untuk importir itu hanya usulan dan mekanismenya masih akan dibahas bersama kementerian dan lembaga terkait.
Baca juga : Pemerintah Impor Kedelai 56.000 Ton, Berapa Harga yang Diterima Perajin?
"Nanti mekanismenya dibahas di (rapat koordinasi terbatas/rakortas) berikutnya. Karena kan perubahan mekanismenya tentunya harus tertulis juga," kata Arief saat ditemui di Pelabuhan Cigading, Banten pada Ahad, 15 Januari 2023.
Arief berujar Bapanas, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pertanian akan melakukan rakortas yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk membahas kegiatan impor pangan ini.
Dalam rapat tersebut, pemerintah akan mempersiapkan neraca komoditas untuk memastikan kebutuhan impor pangan selama tiga bulan ke depan. Kemudian, pemerintah akan membahas lebih lanjut soal mekanisme subsidi apabila ada komoditas yang harganya melonjak, termasuk kedelai.
"Tapi percayalah bahwa pemerintah itu mempersiapkan subsidi kalau harganya tinggi kepada perajin tahu-tempe," ucapnya.
Baca juga : Usul Beri Subsidi Importir Kedelai, Mendag: Sama Pengusaha Saya Percaya, Kalau Bulog Lama
Adapun pemerintah baru saja mengimpor kedelai sebanyak 56.000 ton dari Amerika Serikat melalui perusahaan importir swasta, PT FKS Multi Agro. berdalih impor tersebut dilakukan oleh pihak swasta lantaran Perum Bulog hingga kini belum berhasil melaksanakan tugasnya impor kedelai sejak November tahun lalu.
"Dari November, Desember enggak nongol-nongol. Saya protes keras. Katanya datang Januari, tapi ini sudah tanggal berapa, saya kira ini gak jadi barangkali," ucap Menteri Perdangan Zulkifli hasan saat ditemui di Cilegon, Banten pada Ahad, 15 Januari 2023.
Menurut dia, keterlambatan Bulog dalam mengimpor kedelai membuat harga terus naik sehingga menjadi keluhan para perajin tahu dan tempe. Akhirnya Zulkifli mengusulkan agar subsidi itu diberikan kepada pengusaha importir. "Kalau sama pengusaha saya percaya. Kalau Bulog lama," ujarnya.
Selama ini, pemerintah memberikan subsidi selisih harga kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogram kepada koperasi produsen tahu tempe Indonesia (Kopti) untuk meredam kenaikan harga komoditas tersebut. Tetapi menutur Zulkifli, pemberian subsidi ke importir akan lebih efektif lantaran Indonesia masih bergantung kepada impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai.
Artinya, jika harga kedelai sebesar Rp 12.000 per kilogram, pemerintah memberikan subsidi ke importir Rp 1.000 per kilogram. Sehingga importir menjual ke koperasi hingga perajin tahu tempe dengan harga Rp 11.000 per kiligram.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini