TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan dunia harus mempercepat transisi menuju energi terbarukan. Langkah ini seiring dengan ancaman perubahan iklim yang menguat dan berisiko terhadap pelemahan perekonomian global.
"Dunia harus mempercepat transisi menuju energi terbarukan sebagai bagian dari pemulihan perekonomian dan strategi pertumbuhan inklusifnya, sembari memastikan dampak ekonomi bagi mereka yang rentan terus diredam," ujar Sri Mulyani di Washington D.C. seperti dikutip dari keterangan resmi yang ia unggah di media sosial Instagram, Kamis, 13 Oktober 2022.
Pernyataan itu ia sampaikan saat memimpin forum The 8th Ministerial Meeting of Coalition of Finance Minister for Climate Action. Forum ini merupakan bagian dari Annual Meeting Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Dalam agenda tersebut, Sri Mulyani memimpin diskusi bersama dengan Menteri Keuangan Finlandia Annika Saari. Bendahara negara itu telah didapuk sebagai co-chair dalam koalisi menteri keuangan untuk mitigasi perubahan iklim.
"Kami memoderasi dua topik agenda, yakni transisi hijau dan kontribusi Koalisi dalam Conference of Parties (COP) 27 mendatang," ucapnya.
Baca juga: Ancaman Resesi Global, Bos IMF: Indonesia Tetap Menjadi Titik Terang
Sri Mulyani mengatakan transisi energi adalah bagian dari pemulihan perekonomian dan strategi pertumbuhan inklusif. Saat ini, tutur dia, dunia menghadapi tantangan besar berupa ketahanan pangan dan kecukupan energi.
Menurut Sri Mulyani, salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi yang berasal dari fosil ialah menciptakan karbon kredit.
"Para anggota koalisi menyadari, economic outlook dunia sedang tidak menentu, pemulihan perekonomian dunia sedang melambat akibat ketegangan geopolitik dan meningkatnya frekuensi serta konsekuensi biaya dari bencana alam," ucapnya.
Ia mengatakan pertemuan para menteri keuangan kemudian membahas beragam aspek ekonomi dan keuangan untuk mempercepat transisi energi. Termasuk, bagaimana menteri-menteri keuangan mendesain kebijakan dari berbagai negara yang sudah lebih dulu melakukannya.
"Saya harap, koalisi ini akan menjadi jembatan bagi negara-negara di seluruh dunia untuk menyambut transisi energi terbarukan yang merupakan masa depan kita semua," ucap Sri Mulyani.
Sebanyak 78 negara tergabung dalam Coalition of Finance Minister for Climate Action. Pada pertemuan kali ini, terdapat tujuh negara anggota baru, yakni Australia, Kamerun, Djibouti, Irak, Kazakhstan, Mozambik, dan Singapura. Ketujuh negara itu bergabung sejak pertemuan koalisi pada April 2022 lalu.
Baca juga: Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kerangka Kecukupan Modal
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini