Selain itu, ada kekhawatiran eskalasi dalam perang Rusia dan Ukraina tumbuh setelah ledakan jembatan kunci antara Rusia dan Krimea, di mana Presiden Vladimir Putin menyalahkan Ukraina. Ketegangan di semenanjung Korea juga meningkat setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik pada Ahad lalu, menyusul latihan militer AS di wilayah tersebut.
"Di sisi itu, pasar sekarang menunggu data inflasi IHK AS untuk bulan September minggu ini, yang diharapkan menjadi faktor dalam rencana pengetatan kebijakan Fed," ucap Ibrahim. Alhasil, angka inflasi yang kini lebih kuat dari perkiraan pada Agustus 2022 telah mengguncang pasar dan mendorong nilai tukar dolar.
Sedangkan di dalam negeri, menurut dia, pergerakan nilai tukar rupiah terpengaruh oleh upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga kestabilan harga, serta memberikan bantuan sosial (bansos) pada masyarakat dan UMKM.
Bansos diharapkan dapat menguatkan konsumsi dalam negeri serta mengantisipasi datangnya krisis ekonomi global. Apalagi karena ekonomi Indonesia yang lebih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dalam negeri ini hanya dapat dipertahankan dengan menjaga daya beli masyarakat.
Meski begitu, menurut Ibrahim, tantangan ekonomi global diprediksi akan semakin berat ke depan dan bakal mempengaruhi fluktuasi rupiah. "Ini harus diimbangi dengan alokasi bansos di APBN 2023 mendatang, karena strategi pemberian bansos oleh pemerintah akan sangat berguna dalam menjaga daya beli masyarakat," ujarnya. Pemerintah juga perlu terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera mengantisipasi apabila terjadi lonjakan harga.
Baca juga: IMF Sebut Ekonomi Gelap, Kerugian karena Resesi Bisa Tembus USD 4 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.