Mengutip data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Prastowo mengatakan, penyelesaian PSN sebetulnya juga bergerak naik dari tahun ke tahunnya pada periode 2016-2021. Pada 2016 PSN yang selesai hanya 20 proyek, lalu 2017 menjadi 30 proyek, 2018 sebanyak 62 proyek, 2019 ada 92 proyek, 2020 menjadi 104 proyek, dan 2021 mencapai 128 proyek.
Terus tumbuhnya progres penyelesaian PSN ini menurut Prastowo tak lain karena dalam setiap usulan PSN baru, Pemerintah selalu melakukan pemetaan berdasarkan risiko proyek: Tinggi, Sedang, Rendah. Proyek risiko tinggi, yaitu yang kemungkinan besar akan tertunda penyelesaiannya atau tidak dapat selesai, tidak akan direkomendasikan sebagai PSN.
"Karena kembali lagi, Pemerintah tentu ingin memastikan agar setiap PSN dapat selesai sesuai target dan segera memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Direncanakan dengan baik, diselesaikan tepat waktu, didayagunakan secara optimal," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, putra sulung Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, menyinggung pemerintahan Presiden Jokowi saat ini hanya tinggal gunting pita alias meresmikan proyek infrastruktur yang sudah dimulai sejak zaman ayahnya.
Ketua Komisi V DPR Lasarus, yang juga merupakan politikus dari PDI Perjuangan mengaku bingung dengan pernyataan AHY yang menyebut seharusnya Pemerintahan Jokowi berterima kasih dengan Pemerintahan SBY. Sebab, dalam pemerintahan, penerus melanjutkan kerja pendahulunya merupakan hal yang biasa.
"Jembatan Suramadu, itu digagas Pak Soeharto. Yang bangun Ibu Megawati, dan yang meresmikan adalah SBY. PDIP nggak ribut tuh, SBY tinggal gunting pita saja," kata Lasarus.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.