TEMPO.CO, Jakarta - Shinzo Abe tak hanya sebagai perdana menteri Jepang terlama, tapi juga sosok yang menerapkan kebijakan Abenomics dan sukses memperbaiki sejumlah indikator perekonomian negeri matahari terbit itu.
Lalu, apa yang dimaksud dengan Abenomics?
Dalam pemerintahan Abe, stabilitas ekspor menjadi fokus pemerintah sehingga disebut Abenomics. Abenomics mulai ditetapkan pada 2012 dengan target pertumbuhan dan instrumen mengatasi deflasi secara keseluruhan.
Situs Investopedia yang dikutip pada Jumat, 8 Juli 2022 menjelaskan Abenomics awalnya digambarkan sebagai pendekatan tiga panah.
Panah pertama, mencetak mata uang tambahan sehingga menghasilkan inflasi moderat. Kebijakan membanjiri uang ke pasar ini akhirnya mendorong produk Jepang lebih terjangkau oleh konsumen akibat nilai tukar yang melemah untuk ekspor.
Panah kedua, mencetak uang di pasar untuk merangsang permintaan dan konsumsi. Hal ini dilakukan untuk memicu pertumbuhan jangka pendek maupun mencapai surplus anggaran dalam jangka panjang.
Panah ketiga adalah reformasi berbagai peraturan. Reformasi dilakukan guna mendorong industri Jepang lebih kompetitif dan untuk mendorong investasi di dan dari sektor swasta.
Termasuk di dalamnya adalah reformasi tata kelola perusahaan, pelonggaran pembatasan mempekerjakan staf asing di zona ekonomi khusus dan memudahkan perusahaan untuk memecat pekerja yang tidak efektif. Selain itu, reformasi yang dilakukan adalah meliberalisasi sektor kesehatan, dan menerapkan langkah-langkah bantuan pengusaha domestik dan asing.
Tak hanya itu, sejumlah Undang-undang diusulkan untuk merestrukturisasi industri utilitas dan farmasi dan memodernisasi sektor pertanian. Akibatnya, inflasi Jepang menjadi terkendali. Negara yang terkenal dengan mahalnya biaya hidupnya itu berhasil menciptakan lapangan pekerjaan dan memangkas pengangguran.