Fetty Kwartati menjelaskan bahwa pembangunan Sarinah tidak meninggalkan warisan yang menjadi ciri khas Sarinah. Adapun yang dimaksud Fetty berupa relief, eskalator, dan pilar pondasi bangunan.
“Bahkan dari pilar-pilar yang besar ini adalah pilar asli, kemudian ada eskalator pertama di Indonesia juga asli. Cagar budaya berikutnya adalah relief asli sejak 1960’an. Karena cagar budaya, benda tersebut tidak dirubah, sesuai dengan esensinya,” kata Fetty.
Pengunjung beraktivitas saat pembukaan kembali pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Senin, 21 Maret 2022. Kini Sarinah hadir kembali dengan slogan "The Window of Indonesia" yang menjadi ruang kreativitas bagi masyarakat untuk menunjukkan produk-produk dalam negeri. TEMPO/Muhammad Hidayat
Eskalator lama tersebut hanya berukuran kecil yang memuat untuk satu orang. Kemudian benda itu dipertahankan dan diapit oleh eskalator baru di sisi kanan dan kiri.
Sebagaimana diketahui, awal peresmian Sarinah sempat mundur dari 22 Desember 1965 menjadi 15 Agustus 1966. Pemunduran jadwal peresmian tersebut dikarenakan oleh situasi keamanan pasca peristiwa Gerakan 30 September (G30S).
Ide pembangunan Sarinah dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada awal tahun 1960’an sebagai perwujudan kemandirian bangsa yang baru merdeka. Dibangun dengan arsitek Jepang Obayashi Gumi, menggandeng kontraktor lokal Perusahaan Negara (PN) Adhi Karya, dan biro arsitek Rooseno, lalu pemancangan tiang pondasi pertama dilakukan pada 23 April 1963.
Generasi pertama Sarinah yang melayani para tenant dan pengunjung serta tim manajemen front liner mendapatkan pelatihan mengelola pusat perbelanjaan dan ritel oleh ritel Seibu di Jepang. Sarinah adalah Department Store modern pertama Indonesia dibangun bersama landmark modern lainnya seperti hotel Indonesia, Ambarukmo Jogyakarta, Samudra Beach Pelabuhan Ratu, Bali Beach Sanur Denpasar, Istiqlal, Taman Ismail Marzuki, dan seni pahat dan patung-patung peringatan di Jakarta.
Sebuah objek kebudayaan yang sempat tidak terlihat adalah relief berukuran 3 x 12 meter. Relief tersebut sempat “disembunyikan” di ruang instalasi listrik gedung.
Relief itu menggambarkan suasana pasar lama, di mana perempuan berkebaya bersama barang jualannya dan para lelaki bercaping membawa pikulan. Kemudian ada juga gambar berukiran dua ekor kerbau dalam relief tersebut.
Kabar penemuan relief yang diperkirakan dari tahun 1960’an pada era Presiden Soekarno pun tersiar. Apalagi setelah renovasi Sarinah dimulai dan Menteri BUMN Erick Thohir melihat langsung relief yang tersembunyi tersebut saat meninjau pembangunan pada 14 Januari 2021.
Wujud beberapa relief timbul secara tiga dimensional seperti patung yang menempel di dinding dan bisa dilihat dari samping. Menurut Fetty Kwartarti, dia mendapatkan informasi bahwa relief itu diletakkan di bagian muka gedung Sarinah dan bisa dilihat publik.
“Tapi karena pada 1984-1985 ada perkembangan bisnis Sarinah, terjadi perubahan layout sehingga posisi relief menjadi seperti sekarang,” tuturnya mengutip dari Majalah Tempo pada 30 Januari 2021.
Kini, eskalator dan relief berukuran 3 x 12 meter itu ditampilkan ke publik. Pengunjung yang datang ke Sarinah tampak menikmati suasana dengan mengagumi relief dan berfoto, terutama di bagian Sky Deck.
FAIZ ZAKI | SENO JOKO SUYONO
BACA: Sarinah Buka Lagi, Wamen BUMN Berharap Produk yang Dijual Disukai Masyarakat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.