"Banyak nasabah merasa dirugikan dan menyalahkan agen. Let's say, nasabah ratusan atau bahkan jutaan, berarti ada ratusan ribu atau ribuan agen yang salah enggak menjadi perhatian perusahaan. Mungkin ketika di training, hal-hal yang disampaikan ini harus di-review lagi oleh perusahaan," ucapnya.
Wanda mengaku sangat kecewa dengan Prudential yang hanya menanggung biaya operasi anaknya sebesar Rp 10 juta dari total biaya Rp 50-60 juta. Padahal, selama lebih dari 12 tahun menjadi pemegang polis asuransi kesehatan perusahaan tersebut, ia tak pernah sekali pun alpa membayar premi.
Ia menyadari penuh bahwa uang yang dikeluarkan ke perusahaan asuransi tiap bulannya tersebut bukanlah tabungan, sehingga ia tak mengharapkan uangnya kembali apalagi dalam jumlah berlipat-lipat.
Wanda menyebutkan, ia pada dasarnya memutuskan untuk ikut asuransi bukan karena ingin kaya mendadak. "Kalau begitu, tentu saya akan ambil kripto, bitcoin, reksadana, main saham, dan sebagainya," ucapnya.
Ia juga menegaskan bahwa dirinya tahu persis produk asuransi bukanlah tabungan. "Saya paham sekali. Dan saya enggak mengharapkan uang saya berlipat ganda atau uang saya kembali secara utuh ketika di akhir," tuturnya.
Yang diharapkan Wanda adalah ketika ada anggota keluarganya yang sakit, bisa ditanggung biaya perawatannya. "As as simple as: saya sakit, di-cover. Anak saya sakit, di-cover. Itu yang harus didahulukan," ucapnya.
Ia pun menyoroti bagaimana Prudential pertama kali menanggapi keluhannya usai curhat di media sosial pada Ahad pekan lalu. Saat itu Wanda ditelepon oleh petugas customer service yang menyebutkan jenis polis dan berapa biaya yang ditanggung asuransi.
"Kok hanya customer service yang menjelaskan? Sangat formalitas saja, sangat tidak memuaskan," katanya.