TEMPO.CO, Jakarta - Masalah utang jumbo yang dimiliki sejumlah badan usaha milik negara atau BUMN kembali mengemuka. Menteri BUMN Erick Thohir dalam sebuah webinar, pada 28 September 2021 lalu, membeberkan tumpukan utang itu berasal dari peninggalan masa lalu.
"Orang banyak bertanya mengenai BUMN banyak utang, bagaimana? Saya jawab, utang-utang itu adalah utang lama," ujar Erick.
Berdasarkan data Bank Indonesia pada Juni 2021, utang luar negeri atau ULN BUMN memecahkan rekor tertinggi. Saat itu, ULN BUMN menembus US$ 60,28 miliar atau sekitar Rp 874 triliun.
Pernah disinggung di berbagai kesempatan oleh Kementerian BUMN, berikut ini beberapa BUMN yang tercatat memiliki utang jumbo.
1. PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN memiliki utang hingga Rp 451 triliun pada 2020. Nilai utang tersebut lebih rendah sekitar Rp 2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Sepanjang lima tahun terakhir atau 2015-2020, tercatat utang PLN bertambah Rp 199 triliun. Namun meski sepintas besar utang perusahaan setrum negara itu terlihat besar, bila dibandingkan dengan besar investasi di periode waktu serupa yang mencapai Rp 448 triliun, sejumlah ekonom menilai tidak ada masalah.
Ekonom dari Universitas Indonesia, Faisal Basri, misalnya, mengatakan sebagian besar utang PLN dipakai untuk investasi. “Hanya sebagian kecil untuk menjaga cash flow,” ujar Faisal Basri lewat keterangan resmi, Juni 2021 lalu.
Investasi PLN di antaranya berupa penambahan aset berupa pembangkit total 10.000 megawatt, transmisi sepanjang 23.000 kilometer sirkuit, dan gardu induk total 84.000 MvA.