Beban Sriwijaya tidak hanya bersumber dari menurunnya jumlah penumpang karena pandemi. Setahun tepat sebelum pagebluk, maskapai milik keluarga Chandra Lie itu sebetulnya sedang memulihkan kondisi perusahaan pasca-pecah kongsi dengan Garuda Indonesia. Sriwijaya memang sempat menjalin kerja sama oprasi dengan Garuda Indonesia, tapi bermasalah karena manajemen perusahaan mengaku merugi.
Belum juga kondisinya membaik, Sriwijaya Air dihadapkan dengan pandemi yang berlangsung setahun lebih. Kondisi bertambah berat setelah pesawat Sriwijaya Air SJ 182mengalami kecelakaan pada 9 Januari 2021. Di saat jumlah penumpang belum bergerak naik signifikan, maskapai harus bekerja memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap Sriwijaya Air pasca-insiden kecelakaan.
- AirAsia
Kinerja keuangan AirAsia jeblok sepanjang 2020. AirAsia mengalami penurunan pendapatan sebesar 75,99 persen secara year on year. Jika pendapatan maskapai pada 2019 mencapai Rp 6,7 triliun; sepanjang tahun lalu perusahaan hanya mampu mengantongi Rp 1,61 triliun.
Sementara itu, emiten berkode CMPP tersebut tetap memiliki beban pengeluaran tinggi hingga Rp 4,41 triliun. AirAsia pun mencatatkan kerugian usaha sebesar Rp 2,8 triliun sepanjang 2020 atau berbanding terbalik dari 2019 yang mencatatkan laba Rp 113,94 juta.
Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk Dendy Kurniawan mengatakan, untuk meringankan tekanan di tengah sulitnya likuiditas, perusahaan mengurangi dampak pandemi dengan melakukan pengendalian biaya secara menyeluruh. Perusahaan melakukan promosi, juga memaksimalkan operasi jumlah pesawat sebanyak 20 unit menjelang akhir tahun.
Di samping itu, perusahaan melakukan restrukturisasi pembayaran kewajiban dengan melakukan renegosiasi dengan lessor, kreditor, dan vendor seperti yang dilakukan maskapai-maskapai lain. Selanjutnya, perusahaan menunda pengiriman pesawat, menangguhkan pengeluaran modal, mengurangi pengeluaran pemasaran, dan menunda pengeluaran diskresioner, termasuk acara sosial. Dengan berbagai upaya ini, AirAsia menurunkan total biaya operasional sebesar 34 persen pada 2020.
Seperti maskapai lainnya, AirAsia juga menggenjot peluang bisnis non-penumpang reguler, seperti dari layanan kargo dan carter. “Kami meningkatkan permintaan dengan dukungan aplikasi super digital AirAsia dan kolaborasi dengan para mitra, serta memperluas koneksi domestik,” tutur Dendy.