Tak bisa mengandalkan bisnis penumpang reguler, Garuda akhirnya banting setir mengandalkan penerbangan kargo dan carter. Namun itu pun tak cukup menolong keuangan perusahaan. “Tetap saja hasilnya minus,” kata Irfan.
Garuda akhirnya melakukan sejumlah efisiensi, termasuk memangkas jumlah karyawan. Irfan mengatakan perusahaan telah mengurangi lebih dari 20 persen karyawan sejak pandemi Covid-19. Pengurangan dilakukan dalam skema pensiun dini dan percepatan masa kontrak. Jumlah karyawan GIAA yang semula 7.878 orang per 31 Desember 2019 pun pun menyusut tinggal 5.400 orang pada Juni 2021.
Perusahaan pun tengah mengkaji untuk memangkas rute-rute yang tidak profit. Bahkan, manajemen membuka opsi mengurangi jumlah frekuensi penerbangan, termasuk di rute favorit seperti Bali.
Di sisi lain, perusahaan juga mencari jalan lain untuk memperpanjang napas, seperti melakukan negosiasi dengan lessor untuk merestrukturisasi utang. Dari 36 lessor, lebih dari separuh di antaranya tengah diupayakan untuk perundingan ulang.
- Sriwijaya Air
Maskapai penerbangan Sriwijaya Air Group juga tengah menghadapi kondisi keuangan yang berat. Perusahaan bahkan telah menawarkan opsi resign atau pengunduran diri bagi karyawannya karena kesulitan likuiditas. Tawaran itu tertuang dalam memo perusahaan bernomor 139/INT/SJNAM/V/2021 tertarikh 21 Mei lalu.
“Kami sampaikan benar bahwa memo tersebut merupakan kebijakan resmi yang diambil oleh manajemen Sriwijaya Air Group,” tutur keterangan perusahaan melalui Corporate Communication Sriwijaya Air Group, 25 Mei.
Perusahaan beralasan kebijakan ini memberikan kepastian bagi karyawan yang sebelumnya dirumahkan lantaran pandemi Covid-19. Kebijakan merumahkan karyawan telah dilakukan sejak 25 September 2021. Memo itu telah dibagikan kepada seluruh karyawan dan ditandatangani oleh Direktur Sumber Daya Manusia Sriwijaya Air Group Anthony Raymond Tampubonon.