TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan adanya sinyal pemulihan ekonomi Indonesia setelah pandemi Covid-19. Indikator pemulihan tersebut mengacu pada pergerakan konsumsi rumah tangga, investasi, dan kinerja ekspor yang mulai positif berdasarkan laporan terakhir.
“Dari sisi permintaan ini sangat dipengaruhi konsumsi, investasi mulai pulih, dan ekspor juga menggembirakan dalam dua kuartal terakhir. Jadi kami melihat ini sebagai pertanda baik untuk pemulihan ekonomi Indonesia,” kata Sri Mulyani saat bertemu secara virtual dengan petinggi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD, Kamis, 18 Maret 2021.
Pemulihan juga terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mulai bergerak ke arah lebih baik setelah Indonesia mengalami kontraksi terdalam pada kuartal II. Pada kuartal IV 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi -2,19 persen atau meningkat dari kuartal III yang sebesar -3,49 persen dan kuartal II yang sebesar -5,32 persen.
Kendati begitu, Sri Mulyai tak menampik negara dihadapkan dengan tantangan yang berat sepanjang 2020. Ia bercerita, pemerintah bahkan harus mengambil kebijakan fiskal untuk melonggarkan defisit APBN hingga 6 persen sebagai respons atas pelemahan siklus ekonomi karena pandemi Covid-19.
Ruang defisit ini dua kali lebih lebar dari kondisi normal yang hanya 3 persen. Pada tahun sebelumnya, defisit APBN Indonesia bahkan sudah bisa ditekan hingga level 1,9 persen.
Meski begitu, defisit APBN Indonesia diklaim lebih rendah dari anggota OECD lainnya. Keputusan untuk memperluas ruang defisit pun diambil secara hati-hati dengan mempertimbangkan pelbagai risiko.