Sementara, Wisnu memperkirakan impor masih akan terkontraksi -26,3 persen yoy dan -26,9 persen secara mtm.
Hal ini dikarenakan permintaan domestik yang masih lemah pada November 2020, meski terdapat momentum Natal dan baru di akhir tahun ini. Permintaan yang lemah juga tercermin dari inflasi inti yang pada November 2020 tercatat sebesar 0,06 persen mtm.
"Karenanya, perayaan akhir tahun tidak akan menjadi pendorong impor seperti dulu," katanya.
Meskipun demikian, Wisnu mengatakan kegiatan usaha sedikit menunjukkan peningkatan, terindikasi dari PMI Manufaktur pada November 2020 meningkat menjadi 50,6.
Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan surplus neraca dagang November 2020 akan sebesar US$ 2,5 miliar. David memperkirakan kinerja ekspor akan mengalami pertumbuhan yang positif, sebesar 2,12 persen yoy, didorong oleh kenaikan harga komoditas terutama CPO dan mineral.
"Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan kenaikan harga komoditas," jelasnya.
Sementara, dia memperkirakan impor akan terkontraksi sebesar -24,01 persen yoy dikarenakan permintaan yang belum melonjak signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Secara mtm [permintaan] diperkirakan naik. Memang diharapkan ada dorongan pengaruh musiman peningkatan permintaan domestik akhir tahun," katanya.
BISNIS
Baca juga: Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Permintaan Domestik Belum Kuat