TEMPO.CO, Jakarta - Laju pergerakan rupiah di bursa keuangan diprediksi akan kembali melemah pada akhir November setelah masa euforia Joe Biden Menang Pemilu AS berakhir. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan kembali melemah mendekati Rp 14 ribu terhadap dolar Amerika Serikat.
“Per akhir November sudah kembali ke Rp 13.600 karena euforia pemilihan presiden sudah selesai,” ujar Ibrahim saat dihubungi pada Ahad, 8 November 2020.
Rupiah sebelumnya diperkirakan bakal bergerak di level terkuatnya pada pekan ketiga November hingga mencapai Rp 13.500 per dolar Amerika. Rupiah menguat 300 poin setelah pada pekan kedua bertengger di kisaran Rp 13.800.
Melemahnya rupiah pada akhir bulan ini tak hanya didorong oleh euforia kemenangan Joe Biden yang surut, tapi juga diakibatkan oleh faktor eksternal lain. Ibrahim menjelaskan, faktor eksternal tersebut berasal dari Eropa yang belakangan mengalami gelombang lanjutan penyebaran virus corona.
Munculnya kasus-kasus corona baru di Eropa, kata Ibrahim, membuat sejumlah negara menerapkan pembatasan besar atau lockdown. “Lockdown dampaknya ke manufaktur, properti, dan daya beli. Bisa saja terjadi deflasi di Eropa yang menyebabkan pasar kembali ke fundamental aslinya,” ucap dia.
Pergerakan rupiah pun masih akan mengalami pelemahan pada akhir tahun mendatang. Pelemahan rupiah disinyalir terjadi karena adanya penguatan dolar setelah pengumuman stimulus baru oleh bank sentral Amerika dan Eropa. Ada juga pengaruh dari pengumuman Uni Eropa dan Inggris atas ketegangan terkait transisi Brexit.