TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sumber kontraksi terdalam dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 yang minus 3,49 persen disumbang oleh industri pengolahan dengan minus 0,89 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan dari 17 lapangan usaha masih ada 10 yang terkontraksi, di mana sektor alat angkut mengalami kontraksi terdalam sebesar 29,98 persen.
Adapun, industri farmasi, kimia, dan obat tradisional terpantau paling positif dengan kenaikan 14,96 persen.
"Tumbuhnya industri ini karena adanya peningkatan produksi obat-obatan, vitamin dari permintaan Covid-19, juga ada peningkatan di beberapa produk kimia karena produksi hand sanitizer yang naik," katanya dalam jumpa virtual, Kamis 5 November 2020.
Secara keseluruhan pada kuartal III/2020 industri pengolahan terkontraksi 4,31 persen secara tahunan atau ada perbaikan dari kuartal II/2020 yang minus 6,19 persen.
Industri makanan dan minuman masih tercatat penurunan tetapi hanya separuh dari kuartal yang lalu yakni minus 11,86 persen.