Hal itu dikarenakan masih rendahnya penyediaan akomodasi yang tercatat minus 28,03 persen karena belum pulihnya kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik.
Sementara itu, sejumlah industri yang masih kontraksi cukup dalam yakni alat angkutan minus 29,98 persen, tetapi juga mencatatkan perbaikan dari kuartal II/2020 yang minus 34,29 persen. Kontraksi ini diakibatkan penurunan produksi mobil dan sepeda motor.
Adapun, industri karet dan barang dari karet plastik masih mengalami kontraksi 9,61 persen. Selanjutnya, tekstil dan pakaian jadi terkontraksi 9,32 persen.
Dari catatan BPS, sektor konstruksi pun terpantau masih mengalami kontraksi yakni -4,52 persen secara tahunan. Kontraksi dari sektor konstruksi sejalan dengan realisasi pengadaan semen pada kuartal III/2020 yang masih turun 10,83 persen. Selain itu masih terjadi penurunan impor barang dari besi dan barang dari kaca.
Baca: BPS: Ekonomi Bali dan Nusa Tenggara Minus Paling Dalam 6,8 Persen