Bank BTPN juga mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 3 persen (yoy), dari Rp 182,2 triliun menjadi Rp 186,9 triliun, dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) 24,9 persen.
"Kami yakin dengan permodalan yang kuat dan dukungan global dari SMBC, kami akan mampu memberi pelayanan lebih baik kepada jutaan nasabah serta berkontribusi lebih nyata kepada perekonomian nasional," ujar Ongki.
Ongki menuturkan, Covid-19 mempengaruhi kinerja industri perbankan di tahun ini, termasuk Bank BTPN. Melemahnya kondisi perekonomian dan pengaruhnya terhadap debitur perbankan menyebabkan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) meningkat sebesar 84 persen menjadi Rp 1,95 triliun, pendapatan bunga bersih turun 2 persen menjadi Rp 7,9 triliun dengan adanya penurunan imbal hasil (yield) seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan restrukturisasi kredit.
Kenaikan biaya CKPN dan tekanan di pendapatan bunga bersih bank menyebabkan laba bersih BTPN turun sebesar 21 persen menjadi Rp1,5 triliun sepanjang periode Januari-September tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Terkait portofolio yang terdampak langsung dari pandemi, Bank BTPN telah melakukan langkah restrukturisasi. Hingga akhir September 2020 total nilai kredit yang disetujui untuk mendapat restrukturisasi kredit adalah sebesar Rp11,6 triliun atau sekitar 7,8 persen dari keseluruhan portofolio kredit konsolidasi.
Sementara itu, Jenius yang merupakan platform untuk melayani segmen nasabah yang lebih luas sekaligus memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi digital, total penggunanya naik 37 persen (yoy) menjadi 2,8 juta, sementara total dana pihak ketiga Jenius bertumbuh 136 persen menjadi hampir Rp 12,2 triliun (yoy).
"Pertumbuhan jumlah pengguna dan dana pihak ketiga Jenius tidak lepas dari kebutuhan masyarakat yang makin meningkat terhadap produk simpanan di era pandemi ini," ujar Ongki.
ANTARA
Baca juga: Laba Bersih Naik 48 Persen, BTPN Kantongi Rp 752 Miliar