TEMPO.CO, Jakarta - Tim Inspeksi Vaksin Covid-19 yang terdiri atas Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan perwakilan PT Bio Farma (Persero) akan bertolak ke Cina pada 14 Oktober 2020 untuk menguji kualitas dan kehalalan vaksin Sinovac dan Cansino.
“Kehalalan vaksin Sinovac dan Cansino akan dijamin melalui partisipasi MUI dalam proses pengujian data,” ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam keterangan tertulis pada Senin, 12 Oktober 2020.
Produsen vaksin Cansino, Cansino Biologics, akan menyediakan 100 ribu dosis vaksin (single dose) untuk Indonesia yang rencananya mulai masuk ke Tanah Air pada awal November. Jumlah tersebut recananya akan bertambah sekitar 15 hingga 20 juta sampai 2021.
Sementara itu, perusahaan Sinovac Biotech Ltd yang memproduksi vaksin Sinovac bakal memasok 3 juta dosis vaksin untuk Indonesia hingga akhir Desember 2020 dengan komitmen pengiriman 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada pekan pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada pekan pertama Desember 2020. Sinovac pun berkomitmen menyediakan 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.
Saat ini, vaksin Cansino tengah melalui uji klinis tahap ketiga. Pengujian dilakukan di Cina, Arab Saudi, Rusia, dan Pakistan. Sedangkan Sinovac sedang melakukan uji klinis tahap ketiga di Cina, Indonesia, Brazil, Turki, Banglades, dan Cili. Pemerintah Indonesia memastikan perusahaan produsen vaksin telah memperoleh dokumen Emergency Use Authorization pada Juli 2020.
Di samping vaksin Sinovac dan Cansino, Indonesia telah bekerja sama dengan Uni Emirat Arab untuk mendatangkan vaksin G42-Sinopharm. Vaksin G42-Sinopharm bakal tersedia sebanyak 15 juta dosis vaksin (dual dose). Sebanyak 5 juta dosis akan mulai datang pada November 2020 dan sisanya masuk secara bertahap hingga akhir 2020. Sedangkan untuk 2021, produsen vaksin Sinopharm mengusahakan penyediaan 50 juta dosis.