Co-Founder Anomali Coffee Irvan Helmi Anomali Coffee mengatakan pilihan hilirisasi perlu diperhatikan dengan cermat. Jangan sampai, kata dia, hilirisasi jadi jebakan bisnis yang berujung kepada kerugian. Menurut dia, mengekspor biji kopi tak akan sama dibandingkan roasted coffee karena setiap pelaku usaha memiliki cara yang berbeda dalam mengolah kopi.
Kemudian, Irvan mengatakan penurunan daya beli masyarakat akan berdampak sampai ke hulu. Untuk itu, kata dia, pelaku usaha sejatinya harus mampu menciptakan imej kopi sebagai minuman ringan atau soft drink. “Masa pandemi, konsumen tidak suka inovasi berlebihan. Kalau bisa tempatkan diri, ciptakan produk kopi tetap menjadi soft drink, atau desert beverage,” ujar Irvan.
Kemudian, Irvan mengaku perlu ada channel baru dalam menjual kopi, misalnya lewat e-commerce. Cara tersebut, kata dia, akan efektif apabila ada kolaborasi atau kampanye nasional untuk konsumsi kopi lokal. “Sehingga penyerapan di hulu akan semakin besar ketika ada hal seperti itu,” ujar Irvan.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan pemerintah juga mencoba mengidentifikasi pasar bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) agar kopi lokal bisa terserap. Kemudian, Victoria mengatakan telah berdiskusi dengan PT Sarinah (Persero) yang sedang mencari pasokan komoditas kopi. “Kami coba penguatan daya saing produk kopi untuk menyesuaikan selera pasar,” ujar Victoria.
Baca juga: Selain Inovasi Produk, Teten Masduki Ingin UMKM Pikirkan Model Bisnis
LARISSA HUDA