TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Mengengah (UKM) Teten Masduki mengatakan pemerintah telah menyiapkan skema untuk menggenjot penyerapan kopi lokal. Hal ini dilakukan karena penyerapan kopi dalam negeri yang terganggu akibat penurunan daya beli masyarakat dan turunnya permintaan global.
Sementara itu, produksi kopi dalam negeri terus berlangsung dan sebanyak 96,6 persen produksi kopi berasal dari perkebunan rakyat. “Kami akan memperkuat kelembagaan usahanya. Setiap daerah petani didorong untuk bergabung dengan koperasi. Nanti kami akan bantu pembiayaan untuk koperasi,” ujar Teten, Rabu 23 September 2020.
Menurut Teten, penguatan kelembagaan di sektor kopi bisa membantu mensejahterakan petani kopi karena koperasi yang akan berhadapan dengan pasar. Dengan begitu, pemerintah bisa melindungi petani dari anjloknya permintaan dan segera bisa mengatasi kebutuhan keuangan petani dari koperasi tanpa harus menunggu dinamika pasar.
“Harga (kopi) kita masih tinggi dibanding Vietnam. Saya sudah bilang supaya tidak perlu lagi mengeluarkan izin impor supaya bisa menyerap produk dalam negeri yang sekarang tidak diserap oleh pasar domestik atau ekspor,” tutur Teten.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan puncak perkiraan musim panen kopi Gayo asal Aceh diperkirakan pada akhir September 2020 ini. Secara umum, pangsa pasar regional hanya 20 persen dari produksi. Sementara itu, sebanyak 80 persen diserap ekspor dengan negara tujuan utama ke Amerika Serikat, dan ke beberapa negara lain. Namun, permintaan kopi Gayo oleh importir mengalami penurunan signifikan.