Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perkembangan ekspor Januari-Juli 2020 terjadi penurunan 29,1 persen untuk ekspor komoditas kopi, teh, dan rempah-rempah dibanding periode sama tahun lalu. “ Sehingga sisanya menumpuk di gudang, sementara pohon kopi terus produksi setiap hari,” ujar Nova.
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi mengatakan produktivitas kopi dalam negeri masih rendah. Ia menyebutkan tingkat produktivitas kopi di Indonesia hanya 0,7 ton per hektare, sementara Vietnam mampu memproduksi 5-6 ton per hektare,. Hal ini, kata dia, terjadi karena sebagian besar perkebunan kopi terletak di kawasan hutan yang tidak boleh ada pengembangan teknologi dalam pemeliharaannya.
“Apabila kopi bisa dilakukan di kawasan lahan masyarakat diperkirakan bisa mencapai 4 ton per hektare, sehingga dalam setahun bisa 2 kali panen, sehingga ini akan membuat petani meningkat ekonomi kerakyatan,” kata dia. Namun, ia mengatakan perlu ada pelatihan dan pendampingan bagi petani untuk menaikkan kualitas kopi lokal.
Ia juga mengusulkan agar Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian memperketat syarat yang ketat seperti phytosanitary dan kualitas kopi yang diimpor. Hal ini dilakukan di Filipina yang menerapkan health certificate yang ketat.
Selain itu, ia mendorong adanya hilirisasi agar petani bisa diajak ke usaha tani di wilayah kawasan lahan masyarakat. “Sehingga penerapan teknologi bisa dilakukan dan sistem penjualan bisa terjangkau,” kata dia.