TEMPO.CO, Jakarta - Pembiayaan utang pemerintah di tengah pandemi Covid-19 ini terus meningkat. Hingga 30 April 2020, pembiayaan utang sudah mencapai Rp 223,8 triliun, naik 53,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Ini karena defisitnya juga besar,” kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta, Rabu, 20 Mei 2020.
Tahun ini, sebenarnya pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 1,76 persen APBN. Namun, akibat pandemi Covid-19, target defisit naik jadi 5,07 persen. Belakangan, defisit juga akan dinaikkan lagi jadi 6,27 persen.
Pembiayaan utang ini juga naik untuk memastikan ketersediaan anggaran yang besar ke depan. Sebab, berbagai jenis belanja kesehatan, penanganan pandemi Covid-19, dan dunia usaha akan semakin meningkat. “Ini bagian kami berjaga-jaga,” kata dia.
Adapun angka Rp 223,8 triliun ini terdiri dari akumulasi Surat Berharga Negara (SBN) yang sebesar Rp 231,6 triliun, tumbuh 44,3 persen. Lalu, pinjaman sebesar Rp 7,8 triliun yang tumbuh negatif 47,6 persen. Sehingga keluarlah angka Rp 223,8 triliun.
Awalnya, target pembiayaan utang dalam APBN 2020 hanya Rp 351,8 triliun. Tapi di tengah Covid-19, terbitlah Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020. Sehingga, target pembiayaan utang jadi Rp 1.006,4 triliun.