TEMPO.CO, Jakarta - Realisasi penyaluran kredit secara bulanan oleh industri perbankan di Tanah Air pada akhir 2019 tercatat melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta mengakui pertumbuhan kredit BNI 2019 memang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini sejalan dengan yang terjadi pada industri perbankan.
Namun, pihaknya tetap optimistis pertumbuhan penyaluran kredit pada tahun ini dapat menembus level dua digit. Pada 2020, BNI memproyeksi kredit bertumbuh 10 persen hingga 12 persen.
“Untuk 2020, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,2 persen—5,5 persen serta komitmen pemerintah dalam pertumbuhan investasi, kredit tahun ini kami proyeksikan dapat tumbuh pada kisaran 10 persen—12 persen yoy,” katanya kepada Bisnis, Jumat 31 Januari 2020.
Berdasarkan catatan Bisnis, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga mengincar pertumbuhan kredit dua digit pada tahun depan.
Kendati ekonomi dalam negeri masih dibayangi perlambatan, Bank Mandiri berharap dapat menutup buku 2020 dengan kenaikan fungsi intermediasi sebesar 10 persen hingga 11 persen secara tahunan (yoy).
Statistik Bank Indonesia (BI) menunjukkan realisasi penyaluran kredit pada Desember 2019 senilai Rp5.633,4 triliun atau tumbuh 5,9 persen dibandingkan dengan Desember 2018 (year on year/yoy). Meskipun tetap ada kenaikan, persentase pertumbuhannya melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada November 2019 yang tercatat 7,0 persen (yoy).
Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi di seluruh segmen nasabah, yakni korporasi dan perorangan. BI juga memerinci penyaluran kredit modal kerja (KMK) melambat dari 4,0 persen (yoy) pada November 2019 menjadi 2,2 persen (yoy) pada Desember 2019. Perlambatan tersebut terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan.
Kredit Investasi (KI) juga tercatat melambat dari 13,7 persen (yoy) pada November 2019 menjadi 12,8 persen (yoy) pada Desember 2019. Perlambatan sektor ini terutama datang dari industri pengolahan dan industri pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
KI sektor industri pengolahan melambat menjadi 4,4 persen (yoy) pada Desember 2019 dari sebelumnya 5,8 persen (yoy). Perlambatan terutama terjadi pada kredit yang disalurkan untuk subsektor industri gula dan pengolahan gula di Lampung dan Jawa Timur.
KI di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan juga mengalami perlambatan dari 7,8 persen (yoy) menjadi 7,3 persen (yoy) per Desember 2019, khususnya pada subsektor jasa pertanian, perkebunan, dan peternakan di wilayah Sumatra Selatan dan Sulawesi Utara.
Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi (KK) pada Desember 2019 tercatat sebesar 5,9 persen (yoy) atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 6,2 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh perlambatan kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB).