TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada awal pekan terkoreksi seiring pelemahan mata uang regional Asia. Pada pukul 9.51 WIB, rupiah bergerak melemah 6 poin atau 0,04 persen menjadi Rp 13.651 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp 13.645 per dolar AS.
Kepala Riset Samuel Aset Manajamen Lana Soelistianingsih menyatakan, pada pagi hari ini mata uang kuat Asia yen, Hong Kong dolar, Singapura dolar dibuka kompak melemah. "Terhadap dolar AS yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah," katanya, di Jakarta, Senin, 20 Januari 2020.
Dari faktor eskternal, ekonomi Cina pada Kuartal IV-2019 tumbuh 6 persen (yoy), sesuai dengan ekspektasi analis. Ekonomi negara tirai bambu ini mengalami perlambatan yang cukup cepat dari tertingginya 6,8 persen (yoy) di kuartal I-2017.
Penurunan tajam terjadi juga pada kuartal II-2018 yang sebesar 6,5 persen dari Kuartal I-2018 di 6,7 persen (yoy). Adapun perlambatan ini sejalan dengan dimulainya perang dagang antara AS-Cina yang terjadi efsejak Maret 2018.
Seiring dengan konflik dagang tersebut, ekspor yang menjadi tumpuan ekonomi Cina terus melemah. Akibatnya, produksi di Cina di sektor manufaktur terus turun, bhan, bahkan PMI (Purchasing Manager’s Index) untuk sektor manufaktur terus turun, dan sempat terendahnya di 47,2 pada Juni 2019, yang artinya kontraksi.
"Namun dengan mulai terlihat tanda-tanda kesepakatan dagang, PMI Manufaktur mulai juga meningkat, dan bisa menjadi indikasi membaiknya ekonomi Cina ke depan," ujar Lana. Ia
memperkirakan rupiah pada hari ini bergerak di kisaran Rp 13.650 per dolar AS hingga Rp 13.670 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp 13.654 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 13.648 per dolar AS.
ANTARA