TEMPO.CO, Jakarta - Melemahnya mata uang Cina, Yuan, dikhawatirkan bakal membuat produk impor asal negeri tirai bambu membanjiri pasar domestik. Direktur Riset Center of Reform on Economy (Core) Piter Abdullah mengatakan, pelemahan Yuan bisa menyebabkan impor barang Cina makin sulit dibendung.
"Barang-barang Cina semakin terasa murah bila diukur dengan Dolar," terang Piter, Selasa 6 Agustus 2019.
Dia mengkhawatirkan banjir produk Cina itu bakal membuat neraca perdagangan Indonesia-Cina akan makin defisit. Terutama di tengah terus turunnya harga komoditas.
Apalagi, sambung Piter, dengan latar belakang keuntungan yang diperoleh oleh China dari pelemahan yuan tersebut, wajar jika kuat dugaan pelemahan yuan disengaja oleh otoritas China.
"Apa yang dilakukan oleh China kemungkinan besar akan direspons dengan kebijakan yang sama oleh negara-negara manufaktur untuk bisa bersaing," kata Piter. Dia memprediksi, jika hal itu terjadi maka lengkaplah dinamika perang dagang dengan perang nilai tukar.
Adapun dampaknya ke Indonesia yang tidak kuat sektor industri manufaktur akan menjadi sasaran penetrasi pasar. Oleh sebab itu apabila tidak dibatasi maka impor ke Indonesia akan meningkat karena barang-barang impor khususnya dari China terlihat lebih murah.
Piter juga menilai bahwa pelemahan Yuan menambah ketidakpastian di pasar global dan mengurangi minat investor. Sehingga, dampaknya adalah aliran dana berbalik sekaligus menekan Rupiah dan IHSG.
Untuk menanggulangi dampak negatif, Piter mengusulkan pemerintah Indonesia tetap fokus ke domestik. "Kita belum cukup amunisi ikut perang global. Fokus saja ke domestik," pungkasnya.
Salah satu agenda utama pemerintah, Piter menyarankan, adalah memperkuat substitusi
impor. Selain itu dalam waktu menengah pemerintah membangun basis manufaktur berorientasi ekspor.
BISNIS