TEMPO.CO, Jakarta – Gudang Perum Bulog se-Indonesia sudah hampir penuh menampung stok beras yang belum terdistribusi hingga saat ini. Beras yang menumpuk saat ini tercatat mencapai 2,3 juta ton, padahal kapasitas gudang di seluruh Indonesia hanya untuk 2,6 juta ton.
Baca juga: Penerima BPNT Didorong Serap 70 Persen Beras Bulog
Baca Juga:
Kepala Bidang Humas Bulog, Tomy Wijaya, mengeluhkan penumpukan stok beras terjadi lantaran Bulog tak menemui kepastian distribusi beras di sisi hilir. “Problemnya masih di hilir. Dulu kami ada penyaluran pasti dari rastra (bantuan beras sejahtera), sekarang tidak ada,” ujar Tomy kala dihubungi pada Ahad, 23 Juni 2019.
Rastra, yang saat ini berubah menjadi Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), kini belum menggandeng Bulog secara langsung untuk menjadi pemasok beras bantuan. Pelaksana BPNT, yakni Himpunan Bank Negara atau Himbara, yang ditunjuk sebagai mitra Kementerian Sosial, telah melepas kerja sama pasokan beras ke pasar.
Tomy mengatakan, karena mekanisme anyar itu, Bulog hanya mengandalkan pendistribusian pasokan melalui pasar bebas. Sedangkan di sisi lain, Bulog harus terus menyerap beras hasil panen dari petani di sisi hulu. Karena itu, menurut Tomy, Bulog tengah menaruh harap agar Kementerian Sosial segera menunjuk Bulog sebagai mitra BPNT.
Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial, Andi Zainal Dulung menjelaskan alasan mengapa tak menunjuk Bulog secara langsung untuk menyetok beras BPNT. “Belum ada dasar hukumnya menunjuk langsung,” ucapnya dalam pesan pendek.
Baca: Buwas: Bulog Tangani Beras Bantuan, Mafia Bakal Rontok Sendiri
Meski demikian, Andi memastikan Bulog dipersilakan mengikuti kompetisi pasar bebas yang digelar Humbara. Bila terpilih, Bulog akan mendistribusikan beras bantuan pemerintah melalui sistem e-Waroeng.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA