TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku belum diajak berkomunikasi soal wacana pemerintah mengadaptasi teknologi penanaman padi Cina di Indonesia. Namun, Bulog mengaku siap jika diminta menjadi off-taker gabah atau pemasok kebutuhan industri atau pasar.
"Belum (berkomunikasi). Tetapi sebagai off taker Bulog siap," kata Bayu dihubungi TEMPO pada Selasa, 23 Maret 2024 melalui pesan singkat.
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan usai Pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanis (HDCM) RI-Cina di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur mengatakan, telah meminta agar Cina melakukan transfer teknologi sawah padi milik mereka. Luhut ingin sistem itu diterapkan di lahan pertanian seluas 1 juta hektare di Kalimantan Tengah.
Bayu mengakui teknologi tanaman pangan Cina sudah sangat maju. Terutama dalam bidang teknologi produksi padi dan beras.
"Tetapi saya belum tahu teknologi apa yang akan digunakan di sini," ujarnya.
Teknologi pertanian di Cina diklaim maju lantaran mulai dari pembibitan padi dilakukan dengan mesin, sehingga tidak membutuhkan banyak lahan. Dikutip dari Antara, teknologi pertanian di Cina termasuk Internet of Things (IoT) dan clud compiting yang telah diadopsi dalam manajemen pembudidayaan. Penerapan teknologi tersebut termasuk untuk sistem irigasi hemat air, pemantauan cuaca, pelacakan pertumbuhan biji-bijian serta pengendalian hama dan gulma. Cina sudah menerapkan teknologi ini di persawahan Fujin, Provinsi Heilongjiang, Cina Timur laut.
Luhut menyatakan bahwa Indonesia Cina sepakat bekerja sama mengembangkan teknologi penanaman padi di Tanah Air. Luhut optimistis proyek pengembangan padi Indonesia-Cina berlangsung akhir tahun ini.
Pilihan Editor: Harga Emas Antam Hari Ini Merosot Rp 18 Ribu, Kini di Level Rp 1.325.000 per Gram