TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI menyatakan penguatan rupiah pada hari ini dipicu oleh membaiknya penguatan kepercayaan asing dan pelaku usaha. Gubernur BI Perry Warjiyo menilai kurs rupiah bisa menguat di antaranya didukung oleh para eksportir.
Baca: Kurs Rupiah Jisdor Menguat ke Level Rp 14.451 per Dolar AS
"Kami juga pantau dan sekaligus berterima kasih kepada para pengusaha khususnya eksportir dan kawan perbankan juga aktif di dalam pasar valas," ujar Perry, Jumat, 24 Mei 2019. Pernyataan Perry merespons penguatan kurs rupiah hingga 0,54 persen menjadi Rp 14.402 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB tadi.
Menurut Perry, pergerakan rupiah dalam 3 hari terakhir mengalami penguatan dan cenderung stabil. Hal ini menunjukkan bahwa pasar uang dan pasar valas berjalan normal.
Dalam catatan BI, terdapat aliran modal asing (foreign inflow) masuk ke dalam negeri dalam 3 hari terakhir sebesar Rp 3,6 triliun. Aliran modal tersebut masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN). Rinciannya adalah nett buy sebesar Rp 1,75 triliun pada Kamis (23 Mei), Rp 300 juta pada Rabu (22 Mei) dan Rp 1,5 triliun pada Selasa (21 Mei).
Sebelumnya, Perry memastikan bank sentral selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental. Caranya, saat terjadi outflow BI akan melakukan intervensi, baik di pasar valuta asing maupun pembelian Surat Berharga Negara atau SBN dari pasar sekunder.
Sejak awal tahun, kata Perry, BI telah membeli SBN di pasar sekunder sebesar Rp 19,47 triliun. "Ini umumnya SBN dan SBSN yang dilepas asing," ujar Perry di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 23 Mei 2019. Intervensi itu khususnya dilakukan saat periode outflow.
Baca: Rupiah Bisa Tembus Rp 15 Ribu per USD jika Kerusuhan Berlanjut
Di samping itu, BI juga membeli Surat Perbendaharaan Negara dan Surat Perbendaharaan Syariah Negara di pasar primer sebesar Rp 32,93 triliun sejak awal tahun untuk menjaga stabilitas rupiah. "Kami juga menyiapkan likuiditas."
BISNIS