TEMPO.CO, Jakarta - Dalam debat pilpres putaran kelima atau terakhir yang bakal digelar pada Sabtu, 13 April 2019, mendatang, sejumlah kalangan berharap kedua calon presiden dan calon wakil presiden bisa memaparkan solusi menggenjot industri manufaktur nasional.
Baca: Debat Pilpres Kelima, Pertumbuhan Ekonomi Bakal Jadi Isu Utama
"Kalau itu tidak dibicarakan, maka kunci utama mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan kesejahteraan belum diangkat atau belum menjadi kesadaran masing-masing pasangan calon," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics alias Core Indonesia Muhammad Faisal di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa, 9 April 2019.
Faisal menilai dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno selama ini masih belum mengungkap solusi menghidupkan kembali sektor manufaktur di Indonesia. Padahal industri manufaktur sebagai salah satu solusi untuk memacu perekonomian di Indonesia.
Sektor tersebut dinilai bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menyelesaikan masalah kesejahteraan yang kerap diungkit oleh dua pasangan calon. "Itu terkait dengan isu populis yang diangkat kedua paslon. Industri ini yang menciptakan lapangan kerja formal dan itu dibutuhkan untuk sampai ke level golongan menengah ke bawah, serta mengatasi masalah pengangguran," kata Faisal.
Apabila sektor industri manufaktur itu tidak kunjung dipacu dan pemerintah cenderung mempergunakan pendekatan yang sama seperti sebelumnya, Faisal yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa mencapai angka optimal. Apalagi, dalam setahun terakhir, kata dia, Indonesia mengalami tren deindustrialisasi dini. "Jadi kita belum akan mampu mencapai tujuh persen bahkan enam persen, kalau pendekatannya sama."
Dengan adanya reindustrialisasi, Faisal mengatakan akan ada transformasi pada struktur ekonomi sehingga Indonesia akan lebih kompetitif. Ia lantas menyebut negara-negara Asia lain, seperti Cina, Korea Selatan, serta Vietnam kini tengah berlomba memacu industri manufakturnya. Di negara tersebut, Industri manufaktur tumbuh tinggi di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kita sudah lebih dari sepuluh tahun pertumbuhan manufakturnya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, dan sekarang hanya 4,27 persen pertumbuhannya," kata Faisal. Manufaktur juga semakin penting, mengingat harga komoditas ekspor andalan Indonesia, seperti minyak sawit, gas alam, batu bara, dan tembaga, nilainya cenderung mengalami penurunan ke depannya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sedang fokus untuk memacu pengembangan industri manufaktur agar menjadi sektor yang berdaya saing global dan andalan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Airlangga, diperlukan langkah kolaborasi dan sinergi antara pemangku kepentingan mulai dari pihak pemerintah, pelaku usaha, akademisi hingga masyarakat agar target tersebut tercapai.
“Kita baru kembali menjadikan industri manufaktur sebagai sektor mainstream dalam pembangunan nasional. Sehingga Kementerian Perindustrian tidak sendirian dalam upaya menjalankan pengembangan industri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara High Level Policy Round Table on Manufacturing Sector Review di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2018.
Baca: Debat Cawapres, Infrastruktur Langit Disebut Tumbuhkan Unicorn
Menurut Airlangga, pemerintah telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dan arah untuk merevitalisasi industri manufaktur nasional agar semakin kompetitif di kancah internasional pada era digital. “Dengan implementasi industri 4.0, diyakini produksinya akan lebih efisien dan berkualitas,” tuturnya.