TEMPO.CO, Jakarta - Laporan bulanan Badan Pusat Statistik atau BPS menunjukkan telah terjadi penurunan harga beras sepanjang Maret 2019. Bila dibandingkan dengan Februari, harga beras bulan tersebut melorot sebesar 0,71 persen.
Baca: Data Rujukan Impor Beras Disebut Tidak Akurat
Baca Juga:
"Kalau lihat trennya, harga beras pada bulan Maret turun karena bulan lalu merupakan puncak dari musim panen," ujar Kepala BPS Suharyanto dalam pemaparannya di kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin, 1 April 2019.
Menurut Suharyanto, kunci untuk menjaga stabilitas harga beras adalah sistem pengelolaannya. Dia memprediksi, harga beras belum akan merangkak naik apabila pemerintah dapat mengelola stok. "Kita harus benar-benar mengelola stok (beras) pada Maret dan April. Saya yakin, harga beras akan terkendali," ucap dia.
Penurunan harga beras sejatinya juga terjadi pada tahun lalu. Pada periode yang sama tahun lalu, pemerintah berhasil menjaga pasokan sehingga harga relatif terkontrol sepanjang tahun. Suharyanto mengatakan, pengaturan pasokan beras ini relatif dapat terukur lantaran masa panennya jelas.
Apabila bulan Maret hingga April adalah masa puncak panen, Suharyanto menyebut pemerintah harus menyimpan pasokan untuk bulan-bulan setelahnya. Adapun selain beras, kelompok bahan makanan yang memberikan andil terhadap deflasi ialah daging ayam ras dan ikan segar sebesar 0,03 persen. Selain itu, telur ayam ras 0,02 persen dan tomat serta wortel 0,01 persen.
Baca juga: Bulog Bersiap Impor Bawang Putih 100 Ribu Ton dari Cina
Penurunan harga beras memberikan andil atau sumbangan pada deflasi sebesar 0,03 persen. Bahkan, hingga bulan puasa pada Mei hingga Juni nanti, andil harga beras dalam pertumbuhan inflasi diperkirakan rendah.