TEMPO.CO, Jakarta - Perum Badan Urusan Logistik atau Bulog menyebutkan stok beras nasional saat ini mencapai 1,3 juta ton. Angka itu diklaim sangat aman menghadapi kebutuhan saat Ramadan, Lebaran 2018, bahkan hingga 5-6 bulan berikutnya.
"Stok beras selalu berubah dari waktu ke waktu. Namun kami pastikan stok itu saat ini sudah tersebar ke seluruh gudang-gudang Bulog," kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Karyawan Gunarso saat meninjau gudang Bulog di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Kamis, 24 Mei 2018.
Baca: Data Rujukan Impor Beras Disebut Tidak Akurat
Gunarso menjelaskan, total stok beras nasional 1,3 juta ton berasal dari serapan beras petani lokal sekitar 800 ribu ton serta beras impor asal Vietnam sekitar 500 ribu ton, yang sudah tiba di Tanah Air. "Stok Bulog itu terdiri atas cadangan beras pemerintah dan beras komersial yang diserap dari lokal," ujarnya.
Stok 1,3 juta ton itu dipastikan telah memenuhi batas minimum yang ditetapkan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) pemerintah periode April 2018, yang mematok cadangan beras sekitar 1-1,5 juta ton. Sesuai dengan perannya, Bulog ditugasi memenuhi cadangan stok nasional (buffer) beras serta menjaga stabilisasi harga.
Terkait dengan stabilisasi harga, Bulog siap menyebar beras dengan tiga cara, yaitu door to door kepada konsumen, melalui pasar dan retailer (pengecer), outlet Rumah Pangan Kita (RPK), agen badan usaha milik negara (BUMN) pangan. Saat ini, Bulog memiliki jaringan 40 ribu RPK, yang menjadi target sasaran stabilisasi harga.
Dengan BUMN, Bulog bermitra dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Pertani, PT Sang Hyang Seri, dan PT Pupuk Indonesia Pangan. Kerja sama dengan kementerian/lembaga antara lain dilakukan dengan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI melalui kantor Danramil serta kantor polsek dan polres untuk dijadikan outlet penjualan dan distribusi beras dan komoditas utama lain.
Gunarso menyebutkan intervensi pasar pada masa lampau untuk menurunkan harga disebut operasi pasar, tapi sekarang disebut dengan program Ketersediaan Stok dan Stabilisasi Harga. "Harga beras Bulog yang disebar kepada masyarakat Rp 500 per kilogram, lebih rendah dibanding harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah," ujarnya.