TEMPO.CO, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan kondisi ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan masih prospektif tetapi penuh kehati-hatian. Ekonom Pefindo, Fikri C. Permana, mengatakan bahwa pihaknya secara umum masih optimistis bahwa kinerja ekonomi Indonesia setidaknya hingga 2020 mendatang masih akan tetap stabil.
Baca: Pidato Akhir Tahun, Prabowo Sebut Lagi Soal Ketimpangan Ekonomi
Fikri mengasumsikan suku bunga The Fed akan naik lagi tetapi hanya mencapai 3 persen pada 2019 dan 2020. Dengan asumsi Bank Indonesia tetap dengan strategi ahead of the curve, BI 7 Days Repo Rate juga akan naik, setidaknya hingga 6,5 persen tahun 2019-2020.
Hal itu diharapkan bisa menjaga rupiah lebih stabil di kisaran Rp 14.800 – 14.780 per dolar AS. Dengan asumsi stabilitas terjaga, yield Surat Utang Negara diproyeksikan akan bergerak di kisaran 8,6 persen, sedangkan inflasi masih di 2,5 persen hingga 4,5 persen.
Kalau semua asumsi itu tercapai, menurut Fikri, kemungkinan pertumbuhan ekonomi masih bisa kita jaga di kisaran 5,1 persen - 5,2 persen di tahun 2019 – 2020. "PR-nya adalah di rupiah kita,” katanya melalui keterangan resmi, Jumat, 11 Januari 2019.
Fikri mengatakan, faktor positif yang menopang kinerja ekonomi tahun ini yakni harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak, mulai stabil. Selain itu, Indonesia juga memiliki peringkat layak investasi dari pemeringkat global.
Pasar keuangan Indonesia juga masih relatif stabil, serta masih ada dorongan yang cukup kuat terhadap ekonomi dari sektor infrastruktur dan konstruksi. Aktivitas ekonomi di Indonesia juga semakin solid dan tidak mudah terpengaruh oleh perkembangan politik
Akan tetapi, masih ada pula sejumlah faktor negatif yang membayangi, seperti adanya hambatan perdagangan terhadap produk ekspor utama, kenaikan defisit primer fiskal, dan sentimen negatif investor asing yang masih tinggi.
Baca: JK Siap Dikritik Soal Kebijakan Ekonomi: Kami Butuh Saran
Selain itu, dampak sektor infrastruktur dan konstruksi juga tidak dapat langsung terasa dalam waktu dekat. Momen pemilu juga kemungkinan akan sedikit berpengaruh pada dinamika ekonomi, yang menyebabkan pelaku ekonomi cenderung menunggu.
BISNIS