TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyatakan ketidakjelasan data pertanian bisa berakibat kepada berbagai implikasi yang keliru. Fadli memberi contoh meningkatnya impor pangan, meski stok yang ada dinilai masih mencukupi.
Baca juga: Fadli Zon Sebut Pidato Prabowo soal Tolak Impor Dipelesetkan
"Karena datanya tidak jelas mengakibatkan lonjakan impor pangan, contohnya beras dan jagung," kata Fadli Zon di Jakarta, Rabu, 21 November 2018.
Pada 22 Oktober lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan data produksi beras milik pemerintah tak pernah akurat sejak 20 tahun lalu. Data produksi, kata dia, tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Namun, Kalla mengatakan pemerintah berupaya memperbaikinya sejak tiga tahun lalu.
Pemerintah menyempurnakan penghitungan dengan menggunakan metode kerangka sampel area (KSA). Metode ini hasil kerja sama Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR), Badan Informasi Geospasial (BIG), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Menurut Fadli, lonjakan impor kedua beras dan jagung adalah janggal. Sebab, di sisi lain, Indonesia kerap diklaim surplus beras dan jagung.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya data komoditas sektor pertanian yang akurat lantaran bakal sangat berdampak terhadap keberlangsungan pangan di Tanah Air.
Politisi Partai Gerindra itu mengingatkan bahwa bila diagnosis yang dilakukan pada awalnya adalah salah, maka ke depannya juga bakal berakibat tidak jelas. "Seharusnya masalah ini sudah selesai dari dulu," kata Fadli Zon.
ANTARA