TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memprediksi penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF - World Bank menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pekan ini.
Baca juga: Sri Mulyani: Pertemuan IMF Juga Bahas Perlindungan Terumbu Karang
"Dan data makroekonomi domestik, yakni penjualan ritel yang diprediksikan menguat 3,1 persen dari 2,9 persen," kata Nafan saat dihubungi, Ahad, 7 Oktober 2018.
Nafan mengatakan sentimen global yang perlu dicermati dan diantisipasi adalah terkait dengan sentimen perang dagang, kenaikan suku bunga bank Sentral AS atau The Fed.
Hal senada diungkapkan ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara. Menurut Bhima, penyelenggaraan IMF-World Bank memberi angin segar bagi pelaku pasar.
"Terutama sentimen pembahasan mengenai arah kebijakan moneter global dan upaya pencegahan terhadap krisis ekonomi," ujar Bhima.
Sebagai tuan rumah, kata Bhima, terdapat beberapa program kerja sama investasi yang akan ditawarkan pada delegasi dari 189 negara peserta rapat tahunan.
Pertemuan tahunan IMF - World Bank akan digelar di Bali pada 8-14 Oktober 2018. Acara itu akan dihadiri otoritas keuangan dari 189 negara dan pihak nonpemerintah lainnya. Anggaran biaya kegiatan ini diperkirakan mencapai Rp 1 triliun, dengan rincian Rp 850 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan sisanya dari Bank Indonesia dan instansi lain.
Senior Analyst CSA Research Institute Reza Priyambada juga mengatakan penyelenggaraan IMF - World Bank akan memberikan dampak terhadap pergerakan rupiah, namun memang tidak signifikan. "Apalagi dengan adanya perkiraan investasi bisa meningkat dengan adanya konferensi itu," kata Reza.