TEMPO.CO, Jakarta - Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diperkirakan masih memiliki potensi melemah meski terbatas. Analis CSA Research, Reza Priyambada mengatakan pelemahan IHSG pada pekan sebelumnya diharapkan hanya koreksi minor sesat.
BACA: Perang Dagang AS-Cina Reda, IHSG Ditutup di Zona Hijau
"Koreksi minor sesaat pada pekan sebelumnya diharapkan tidak merubah tren kenaikan IHSG seiring masih bertahannya IHSG di area tren positif," kata Reza seperti dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.
Sebelumnya, IHSG pada akhir pekan lalu ditutup di melemah 0,24 persen di level 5.968,750. Dana investor asing tercatat keluar sebesar Rp 28,98 miliar, terutama yang berada pada sektor perbankan dan agrikultur.
Reza berujar pada pekan sebelumnya, pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh melemahnya laju bursa saham Amerika Serikat. Kondisi itu kemudian berimbas pada pelemahan sejumlah bursa saham di Asia dan melemahnya nilai tukar rupiah.
Pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi masih akan terus terjadi akibat sentimen negatif investor kepada negara emerging market. Selain itu, cukup banyaknya aksi jual akibat sentimen ini juga ikut menyumbang pelemahan terbatas pada IHSG meski masih berada di zona hijau.
Karena itu, Reza berharap aksi jual yang terjadi dapat lebih berkurang sehingga mampu mengurangi tekanan pada IHSG. Meski demikian, ia melanjutkan, investor tetap harus mewaspadai berbagai sentimen yang dapat menahan penguatan IHSG. "Waspadai sentimen negatif yang bisa menahan laju positif IHSG," kata dia.
Reza memperkirakan IHSG akan bertahan di atas level support 5948-5956. Sedangkan resisten diharapkan dapat menyentuh pada kisaran 5985-5997. Adapun beberapa saham yang layak dicermati adalah ITMG, BBCA, ANTM, NFCX dan SCMA.