TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pekan depan. Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp 14.440 - Rp 14.520 per dolar Amerika Serikat.
Baca: Jokowi Pilih Maruf Amin jadi Cawapres, Ekonom: Ada Plus Minusnya
Salah satu faktor penyebabnya adalah tekanan global yang berasal dari krisis Turki. "Tekanan global berasal dari kekhawatiran krisis Turki dengan anjloknya Lira 20 persen akan menyebar ke Eropa dan negara berkembang lainnya," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 12 Juli 2018.
Karena itu, kata Bhima, aset emerging market agak dihindari. Sedangkan sentimen dalam dari dalam negeri, investor lebih dipengaruhi rilis data defisit transaksi berjalan yang menembus 3 persen terhadap PDB di kuartal II 2018.
Bhima mengatakan hasil pendaftaran capres dan cawapres ditanggapi beragam. Pasar khususnya investor asing, menurut Bhima, kaget saat Jokowi memilih Ma'aruf Amin yang dinilai belum kompeten menyelesaikan masalah ekonomi yang mendesak.
"Sementara visi misi Prabowo-Sandi dinilai masih abstrak. Ini membuat IHSG lebih ditopang investor domestik, sementara investor asing dalam 1 minggu terakhir membukukan penjualan bersih Rp 733 miliar," kata Bhima.
Baca: Jokowi Pilih Maruf Amin, Apindo: Bisa Lebih Fokus Benahi Ekonomi
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan rupiah pekan depan berpotensi melemah terimbas perang dagang. "Untuk profit taking sepertinya sudah akan berakhir," kata William. Diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.380 - Rp 14.500.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tembus di angka Rp 14.437 pada Jumat, 10 Agustus 2018. Angka tersebut menunjukkan pelemagan 15 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.422 pada penutupan Kamis, 9 Agustus 2018.
Sedangkan pada 10 Agustus 2018, kurs rupiah jual yaitu Rp 14.509 dan kurs beli Rp 14.365 per dolar AS.