TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar Bank Indonesia atau BI melakukan intervensi di pasar uang agar kurs rupiah tak tiba-tiba melemah secara drastis. Pemerintah, kata JK, akan mendukung langkah yang diambil bank sentral agar rupiah tak bergejolak.
Pernyataan JK merespons tembusnya nilai tukar rupiah ke level Rp 14 ribu per dolar AS hari ini. Kurs tengah BI mencatat saat ini rupiah ada di Rp 14.043 per dolar AS.
Baca: Ekonom Prediksi Cadangan Devisa Tergerus Akibat Pelemahan Rupiah
"Bank Indonesia bisa intervensi sehingga jangan tiba-tiba terlalu naik, kalau naik pelan-pelan, dan juga kemudian sekitar 14 ribu," kata JK di kantornya, Jakarta, Selasa, 8 Mei 2018. "Itu tugas BI dan pemerintah sepakat."
JK menuturkan pelemahan rupiah terjadi karena dipengaruhi ekonomi dunia, khususnya di Amerika. Dolar Amerika yang menguat pada akhirnya menekan pergerakan rupiah untuk menguat.
Meski begitu, JK menilai pelemahan rupiah dapat menyebabkan kenaikan harga bahan baku barang impor. Namun kondisi tersebut dapat diatasi dengan mendorong produksi dalam negeri.
Pelemahan rupiah tak selalu membawa dampak negatif. JK mencontohkan perekonomian Cina. "Jangan lupa, kemajuan Cina juga dengan kebijakan melemahkan Yuan," ujarnya. Di sisi lain, pelemahan rupiah membawa dampak positif bagi pengusaha ekspor karena berpotensi dapat penghasilan lebih banyak.
Sebelumnya ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, memperkirakan pelemahan rupiah bakal menggerus cadangan devisa. Adapun cadangan devisa Indonesia per April 2018 tergerus menjadi US$ 123 miliar atau tergerus sekitar US$ 3 miliar dari bulan lalu yang berjumlah US$ 126 miliar.
Bhima mengatakan hal ini tidak bisa terus-menerus dibiarkan. "Cadev pastinya akan terus tergerus untuk stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia tidak bisa mengandalkan cadev sebagai satu-satunya instrumen untuk stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Selasa, 8 Mei 2018.
DEWI NURITA