TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil menceritakan sebuah kisah mengenai nasib dua keluarga di Kudus yang membuka usaha rokok, dalam pidatonya di acara deklarasi organisasi ekonomi remaja masjid, Indonesian Islamic Youth Economic Forum (ISYEF).
Sofyan mengaku bangga pada pembentukan organisasi yang diisi anak-anak muda berbasis masjid yang peduli terhadap ekonomi. "Saya pikir ini ada suatu gerakan yang harus kita sama-sama dorong. Karena saya yakin ekonomi mendatang perlu banyak entrepreneurs," kata Sofyan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu, 15 April 2018.
Baca: Sri Mulyani Kembali Dinobatkan Jadi Menteri Keuangan Terbaik
Sofyan mengatakan kalangan anak muda muslim saat ini banyak yang hanya menghargai pekerjaan di sektor birokrasi, pemerintahan, atau profesi lain. Mereka, kata dia, kurang menghargai wirausaha. Padahal, kata Sofyan, sumber pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kekayaan ada di sektor bisnis.
"Orang mengatakan bahwa business the most efficient engine of wealth. Bisnis atau enterpeneurship adalah engine penciptaan kekayaan paling efektif. Selama ini banyak keluarga pengusaha karena tidak menghargai profesi pengusaha, generasi kedua tidak meneruskan usaha," ujarnya.
Sofyan kemudian menceritakan tentang ayah temannya yang merupakan pabrik rokok Jambu Bol di Kudus. Usaha rokok itu, kata Sofyan, dimiliki oleh keluarga keturunan Arab. Selain Jambu Bol, pabrik rokok yang sama besarnya di Kudus adalah Djarum. Saat era pemerintahan Soeharto, keluarga Jambu Bol menyekolahkan anak-anaknya di perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung. Namun, tak satu pun anak-anaknya yang meneruskan usaha orang tuanya.
"Keluarga Djarum sebaliknya, waktu itu di zaman Soeharto, orang-orang Tionghoa tidak diberi kesempatan di birokrasi dan profesi lain, sehingga mereka terpaksa fokus di bisnis," ucapnya.
Sementara anak keluarga Jambu Bol tak meneruskan usaha pabrik rokok, anak-anak keluarga Djarum disekolahkan di luar negeri dengan gelar MBA dan kembali ke Indonesia untuk mengurus perusahaannya. "Hari ini keluarga Djarum adalah orang terkaya di republik, Jambu Bol hari ini kalau pun ada pasaran sangat kecil. Kenapa? Karena waktu itu di kalangan pengusaha muslim tidak terlalu hargai usaha," katanya.
Karena itu, Sofyan Djalil berharap pada 20-30 tahun mendatang, anak muda remaja masjid menjadi pengusaha-pengusaha besar yang membuka lapangan kerja dan memberikan kesejahteraan pada bangsa. "Jika dilakukan bersama insya Allah Indonesia jadi negara makmur, insya Allah kita akan menciptakan kemajuan bidang ekonomi," kata Sofyan.