TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah kembali berakhir terdepresiasi pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu, 28 Februari 2018, seiring dengan penguatan dolar Amerika Serikat.
Rupiah ditutup melemah 0,53 persen atau 72 poin di Rp 13.751 per dolar Amerika setelah dibuka dengan pelemahan 43 poin atau 0,31 persen di posisi 13.722. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp 13.699-13.773 per dolar Amerika.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan rupiah sepanjang pekan ini cenderung melemah dan diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 13.550-13.710 per dolar Amerika di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika, yang akan dilakukan pada pertengahan Maret mendatang.
Baca juga: Dibuka Menguat, Rupiah Berbalik Melemah 0,14 Persen
“Senin hingga Jumat ini bank sentral negara bagian AS masih bertestimoni tentang kenaikan tingkat suku bunga. Sementara spekulasi pasar semua tertuju pada panasnya sentimen tersebut, tidak ada yang mampu menahan,” katanya.
Adapun mata uang lain di Asia terpantau bergerak variatif pada sore ini. Baht Thailand yang terapresiasi 0,31 persen pada pukul 17.11 memimpin penguatan sejumlah mata uang Asia. Beberapa mata uang lain melemah, dipimpin won Korea Selatan yang terdepresiasi 1,10 persen.
Sedangkan indeks dolar Amerika, yang mengukur kekuatan kurs dolar Amerika terhadap sejumlah mata uang utama, hari ini terpantau menguat 0,09 persen atau 0,082 poin ke level 90,437 pada pukul 17.00.
Sebelumnya, indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,038 poin atau 0,04 persen di level 90,393 setelah pada perdagangan Selasa, 27 Februari 2018, berakhir menguat 0,56 persen di posisi 90,355.
Baca juga: Dolar Melemah, Rupiah Diprediksi Menguat Tipis
Dolar terdongkrak pernyataan Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang bernada hawkish. Di depan Parlemen Amerika pada Selasa waktu setempat, Powell menyampaikan pandangan optimistis tentang ekonomi Amerika serta menyatakan sejumlah data telah memperkuat optimismenya terhadap inflasi.
Menyusul penyampaian testimoninya itu, para pelaku pasar meningkatkan spekulasi mereka atas potensi penaikan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini oleh bank sentral Amerika tersebut.
“Sementara kita pasti akan melihat beberapa volatilitas saat pasar mencermati implikasi tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi, pada akhirnya ekonomi AS yang lebih kuat baik bagi pertumbuhan Asia,” kata Khoon Goh, kepala penelitian di Australia and New Zealand Banking Group Ltd, seperti dikutip Bloomberg.
Pada perdagangan Selasa, rupiah berakhir melemah 0,14 persen atau 19 poin di posisi 13.679.